ASKEP Hipertensi
ASKEP HIPERTENSI
- Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi
banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi
bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare
(2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau
terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140
mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan
oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS
Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes,
2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
2. Anatomi
fisiologi
a. Anatomi \
1. Jantung
Berukuran
sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan
jantung adalah:
o
Atas : pembuluh darah besar
o
Bawah : diafragma
o
Setiap sisi : paru
o
Belakang : aorta desendens, oesophagus,
columna vertebralis
2. Arteri
Adalah
tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri
yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
3. Arteriol
Adalah
pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh
darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
4. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh
darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari
arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka
pembuluh darah utama.
5. Sinusoid
Terdapat
limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem
retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
6. Vena dan venul
Venul
adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu
sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
b. Fisiologi
Jantung
mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah
deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim
ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 1997)
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi
adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya Reeves& lockhart(2001:114)
mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan
bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu
hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan
karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap
angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan
merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang
disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan
pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam diantaranya adalah: stress,
kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal,
sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit
kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan
intra cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat
kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas,
Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya.
4. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita
(2003:64) mengemukakan bahwa manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada
beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan,
kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada
yang mengalami perubahan mental.
Sedangkan menurut FKUI (1990:210)
dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala
dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami
gejala dengan sakit kepala, epitaksis.
- PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan
mengemukakan bahwa pengkajian pasien hipertensi meliputi:
a. Aktifitas & istirahat meliputi
kelemahan, keletihan, nafas pendek, frekwensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung,
b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,
penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.
c. Integritas ego meliputi cemas,
depresi, euphoria, mudah marah ,otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit
ginjal
e. Makanan /cairan meliputi makanan
yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan
kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat
diuritik, adanya edema.
f.
Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut ,
sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur) ,epitaksis.
g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi
nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri
abdomen, nyeri dada.
h. Pernafasan meliputi sesak nafas
sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan
obat Bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan ,sianosis
i.
Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia,
hipotensi postural.
j.
Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko
keluarga yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.
2. Pemeriksaan diagnostik
Meliputi BUN /creatinin (fungsi
ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol
dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid
(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi
ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung,
gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi.
3. Diagnosa keperawatan (Doengoes,
2004)
a. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload/ vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi
ventrikel
b. Ketidakmampuan melakukan aktifitas
berhubungan dengan kelemahan menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
c. Gangguan rasa nyaman sakit kepala
berhubungan dengan kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
d. Gangguan nutrisi lebih dari
kebutuhan berhubungan dengan intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
e. Koping pasien tidak efektif
berhubungan dengan krisis situasional/ maturitas/ perubahan hidup yang
multiple/ kurang relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/
harapan tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak
realistis/ metode koping tidak adekuat.
4. Rencana
Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Gangguan perfusi serebral
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum
sadar penuh,bebas dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan dengan
kriteria hasil :
§ Pasien
dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
|
1. Pantau TD,
catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang
semakin berat.
2. Pantau
frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia
lainnya.
3. Pantau
pernapasan meliputi pola dan iramanya.
4. Catat status
neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
5. Berikan obat
anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin (apresolin)
|
· Normalnya autoregulasi
mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD
sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan kerusakan
vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
· Perubahan pada ritme (paling
sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya
depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan
jantung sebelumnya.
· Napas yang tidak teratur dapat
menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang
lebih lanjut.
· Pengkajian kecenderungan adanya
perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi
penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.
· Efektif dalam menurunkan
tekanan darah untuk mencegah krisis hipertensif yang dapat dihubungkan dengan
intoksifikasi PCP.
|
2
|
Perubahan nutrisi : lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan
kebutuhan metabolik.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi
hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, dengan kriteria hasil :
§ Pasien
menunjukkan perubahan pola makan
§ Mempertahankan
berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
§ Melakukan/mempertahankan
program olahraga yang tepat secara individual
|
1.
Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
2.
Bicarakan pentingnya
menurunkan masuka kalori dan batasi batasan lemak, garam dan gula
3.
Tetapkan keinginan pasien
untuk menurunkan berat badan
4.
Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.
5.
Rujuk ke ahli gizi sesuai
indikasi
|
· Kegemukan adalah risiko tambahan terhadap tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantungberkaitan dengan peningkatan masa tubuh
· kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi hipertensi.
Kelebiah masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk kondisi
· motivasi untuk.menurunkan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak
maka program tidak akan berhasil
.
· Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program
diet terakhir. membantu dalam
menentukan individu untuk penyesuaian/penyuluhan
· Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual
|
3
|
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan edema
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan
haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema
dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan pemahaman diet
individu/pembatasan cairan
|
1. Awasi denyut
jantung, TD, CVP
2. Catat
pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
3. Awasi berat
jenis urine
4. Timbang tiap
hari dengan alat dan pakaian yang sama
5. Kaji kulit,
wajah area tergantung untuk edema
6. Berikan obat
sesuai indikasi (diuretik)
|
· Tacikardi dan hipertensi
terjadi karena 1. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, 2. Pembatasan
cairan berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase
oliguri gagal ginjal dan 3. Perubahan pada renin-angiotensin.
· Perlu untuk menentukan fungsi
gnjal, kebutuhan penggantian cairan
· Mengukur kemampuan ginjal untuk
mengkonsentrasikan urine
· Penimbangan berat badan harian
adalah pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari
0,5 kg per hari diduga ada retensi cairan.
· Edema terjadi terutama pada
jaringan yang tergantung pada tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral
· Membantu dalam pengeluaran
cairan
|
4
|
Nyeri berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
§ Mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan
§ Mengikuti regimen farmakologi
yang diresepkan
§ Skala nyri 0-1
§ Wajah pasien tidak meringis
|
1. Observasi
derajat nyeri
2.
Pertahankan tirah baring
selama fase akut
3.
Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi ( panduan
imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang.
4.
Minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk.
5.
Kaji tanda-tanda vital
6.
Kolaborasi :
-
Analgesik
-
Antiansietas mis,
lorazepam, diazepam
|
· Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan
mempermudah intervensi selanjutnya
· Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
· Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
· Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular serebral.
· Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan
tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.
· Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
· Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres.
|
5
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :
§ Melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat diukur
§ Menunjukkan penurunan dalam
tanda-tanda intoleransi fisiologi
|
1. Kaji respon
pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per
menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata
selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan
yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan
2. Instruksikan
pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya menggunakan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan
3. Kaji sejauh
mana aktivitas yang dapat ditoleransi
4. Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi
|
· Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap
stres aktivitas dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas
· Teknik menghemat energi mengurangi pengguanan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
· Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
dan perawatan diri.
· Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
|
6
|
Ansietas berhubungan dengan
perubahan kondisi kesehatan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
§ Melaporkan
cemas berkurang sampai hilang
§ Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
|
1.
Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat
ansietas
2.
Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang
tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku
pasien yang umum.
3.
Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara
yang mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara
singkat dengan kata sederhana.
5. Kurangi
stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang
terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien
|
· Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia.
Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan
perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
· Menegaskan
pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol
lingkungannya tetap aman
· Memberikan
informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat
berperan pada reaksi ansietas
· Rentang
perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi
kemampuan untuk menerima informasi.
· Menciptakan
lingkungan yang terapiutik
|
7
|
Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan Krisis situasional
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif
dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan kesadaran kemampuan
koping/kekuatan pribadi
§ Mengidentifikasi potensial
situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
§ Mendemonstrasikan pengguanaan
keterampilan atau metode koping efektif
|
1. kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal, kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi dalam rencana
pengobatan
2. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
3. Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan
4.
Dorong pasien untuk
mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ” apakah yang anda lakukan
merupakan apa yang anda inginkan?”
5.
Bantu pasien utuk
mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu
untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan diri/keluarga
|
· Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
· Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin
merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik
· Keterlibatan memberikan pasien
perasan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan
dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
· Fokus perhatian pasien terhadap
realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang
diinginkan.
· Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya.
|
8
|
Kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi
informasi
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan dengan kriteria hasil :
§ Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
§ Mempertahankan
TD dalam parameter normal
|
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk
orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Hindari mengatakan TD ” normal ” dan gunakan istilah
” terkontrol dengan baik ” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kardiovaskuler yang dapa diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak
jenuh dan kolesterol, pola hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup
penuh stres.
5. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi
cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor penyebab Hipertensi
6. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu
pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
|
· Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosakarena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
· Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi
tanpa gejala adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun
ketika merasa sehat.
· Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkotrol” akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
· Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
· Dengan mengubah pola perilaku yang ”biasa/memberikan
rasa aman”akan sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat
meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas
· Nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin,
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi,
mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.
|
9
|
Risiko tinggi penurunan curah
jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh
darah.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria hasil :
§ Mempertahankan
tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
§ Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang
stabil dalam rentang normal pasien
|
1.
Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk
evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
2.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer
3. Auskultasi
tonus jantung dan bunyi nafas
4. Amati
warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode
istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan
6. Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7. Kolaborasi :
- Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator
|
· Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah
vaskular. Hipertensi diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan
tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran diastolik di atas 130
dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna.
Hipertensisistolik juga merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk
penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik
90-115.
· Denyutan karotis
,jugularis,radialis dan femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai
mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan
kongesti vena
· S4 umum
terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium.
Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik
· Adanya pucat, dingin,
kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
· Menurunkan stres dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
· Membantu untuk menurunkan
rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi.
· Tiazid mungkin digunakan sendiri
atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi
ginjal yang relatif normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi
lain dengan membatasi retensi cairan. Vasodilator menurunkan aktivitas
kontriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatik.
|
10
|
Risiko injuri/cedera
berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di
rumah dengan kriteria hasil :
- Pasien
tidak mengalami cedera.
|
1. Jauhkan dari
benda-benda tajam
2. Berikan
penerangan yang cukup
3. Usahakan
lantai tidak licin dan basah
4. Pasang side
rail
5. Anjurkan pada
keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas
|
· Meminimalkan risiko cedera
· Meminimalkan terjadinya benturan
· Meminimalkan klien jatuh
· Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
· Untuk meningkatkan menjaga keamanan
|
- TINJAUAN KASUS
1.
Biodata
a. Identitas Klien
Nama :
Ny. N
Umur :
80 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Status pernikahan :
Menikah
Agama :
Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Suku/ Bangsa :
Sunda/ Indonesia
Tanggal masuk :
6 Januari 2005
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2005
Ruang : 10A/ penyakit
dalam dewasa
No. Medrek : 05010109
Diagnosa Medis :
Hipertensi stadium 3
Alamat :
Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.
b. Penanggung
jawab
Nama :
Ny. R
Umur :
38 tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Pendidikan terakhir :
SD
Hubungan dengan klien :
Keponakan
Alamat :
Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak
5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan keluar darah dari lubang
hidung sebelah kiri dengan tiba-tiba dan berwarna merah segar encer, sebanyak
lebih dari setengah gelas belimbing. Darah keluar terus-menerus sampai masuk ke
rumah sakit. Sebelumnya, 15 jam sebelum masuk rumah sakit klien juga merasakan keluhan yang sama, tapi
darah yang keluar hanya sedikit dan berhenti sendiri.
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pada
saat dikaji klien mengatakan tubuhnya lemas dan klien terlihat bedrest.
b. Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Sejak 3 bulan klien merasakan sering buang air kecil dan banyak,
sering merasakan lapar, sering haus dan banyak minum. Tidak ada riwayat panas
badan dan mimisan sebelumnya. Riwayat sakit tekanan darah tinggi sudah
dirasakan sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit dan klien tidak berobat
secara teratur. Tekanan darah tertinggi 200/- selama 2-3 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Penderita pernah merasakan bengkak pada kedua tungkainya, lekas
capai bila beraktivitas.
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga (Genogram)
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit menular, hipertensi,
diabetes melitus dan penyakit menurun lainnya.
d. Riwayat
Psikologi
1. Status emosi
Emosi klien stabil ekspresi wajah klien tenang dan
terlihat cemas.
2. Kecemasan
Klien terlihat cemas
dari klien selalu tersenyum apabila ditegur oleh perawat dan bicara
dengan keluarganya.
3. Pola koping
Menurut klien bila mendapat masalah ia sering
membicarakannya dengan keluarganya.
4. Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Klien
dapat berkomunikasi dengan dokter, perawat, keluarga dan klien lainnya, bahasa
yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
5. Konsep diri
i.
Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian anggota tubuhnya karena
semuanya ini adalah anugrah dari Tuhan YME yang harus disyukurinya.
ii.
Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas
seperti biasa.
iii.
Identitas diri
Klien merasa bangga dilahirkan sebagai wanita.
iv.
Harga diri
Klien merasa senang karena banyak yang menyayanginya
walaupun jauh dari rumah.
v.
Peran
Klien adalah sebagai seorang bibi dari keponakannya
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Kesadaran umum
Kesadaran :
Composmentis GCS : 15
Vital Sign :
Suhu : 36,5 0C
Nadi :
67x/mnt
Tensi :
130/80 mmHg
Respirasi :
20 x/mnt
b. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris nasal ditengah, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman dan kepatenan hidung baik. Leher
ditengah, bentuk dada simetris, pengembangan paru-paru simetris
anterior-posterior, tidak terlihat penggunaan otot-otot nafas tambahan, vibrasi
kiri dan kanan anterior posterior seimbang pada kedua paru. Pada perkusi terdengar
resonan pada seluruh daerah paru, suara nafas murni vesikuler dengan frekuensi
nafas 20 x/ menit.
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan JVP, CRT kurang dari 3 detik,
iktus kordis teraba pada ICS 6 kanan mid klavikula peranjakan 2 cm, bunyi jantung
murni reguler pada S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan. Nadi radialis
67 x/ menit. Pada perkusi jantung dullness.
d. Sistem pencernaan
Mukosa bibir lembab, lidah dan gusi tidak ada stomatitis, pergerakan
lidah baik, jumlah gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris, reflek
menelan baik. Pada auskultasi bising usus 21 x/ menit, pada perkusi tympani
pada lambung, dullness pada hepar, tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas
pada seluruh area abdomen dan tidak terdapat pembesaran hati dan lien.
e. Sistem persarafan
1. Tes serebral fungsi
Klien dapat berorientasi dengan tempat, orang dan waktu, klien dapat
berespon dengan baik, klien dapat berkomunikasi dengan normal, GCS (E =4, M =
6, V = 5).
2. Saraf cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup.
Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak ± 30 cm. Tidak terdapat penyempitan lapang pandang.
Nervus III (Okulomotorius)
Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor pada kedua
mata.
Nervus IV (trochlearis)
Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan deviasi mata.
Nervus V (Trigeminus)
Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan kapas, klien
dapat merasakan usapan pada mata, dahi dan dagu.
Nevus VI (Abducend)
Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.
Nervus VII (Facialis)
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup,
bentuk wajah simetris.
Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glosofaringeus)
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata
“ah”.
Nervus XI
Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah.
f.
Sistem Perkemihan
Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak
teraba pembesaran ginjal, tidak terdengar suara bruits pada arteri renalis,
tidak ada nyeri tekan pada simpisis, tidak terdapat nyeri ketuk pada perkusi
ginjal.
g. Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak berbaring lemah di
tempat tidur. Klien mengatakan jika ingin turun dari tempat tidur atau ke kamar
mandi harus dibantu oleh keluarga. Kedua lengan dan kaki klien simetris. Tidak
ditemukan oedema pada daerah ekstremitas atas dan bawah. Terdapat penurunan
fungsi motorik : klien merasa lemah pada ekstremitas sebelah kiri. Tingkat
kemampuan mobiliasasi klien yaitu perlu bantuan / bimbingan sederhana /
pengawasan.
5
|
4
|
5
|
4
|
Kekuatan otot
h. Sistem integumen
Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran
rambut merata, keadaan kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan adanya
ketombe, rambut bersih dan tertata rapi. Tidak ada nyeri tekan pada daerah
kepala, dan rambut tidak mudah rontok. Warna kulit sawo matang, kuku tampak
bersih dan pendek, kulit tampak bersih dan tidak lengket. Turgor kulit Kembali
dalam 3 detik Suhu klien 36,50C.
i.
Sistem endokrin
Tidak terdapat moonface, tidak ada pembesaran tiroid dan
kelenjar paratiroid, riwayat poliuri tidak ada, riwayat polipagia tidak ada,
riwayat polidipsi tidak ada.
- POLA KEBIASAAN HIDUP SEHARI-HARI
No
|
Jenis
|
Sebelum sakit
|
Sesudah sakit
|
1
|
Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Jenis
Kesulitan menelan
Pantangan/ alergi
b. Minum
Frekuensi
Jenis
Pantangan
|
·
3 x/ sehari, habis 1 porsi
·
Nasi, sayur, lauk- pauk
·
Tidak ada
·
Tidak ada
·
6-7 gelas
·
air putih
·
tidak ada
|
·
3 x/ sehari, habis 1 porsi
·
Nasi, sayur, lauk-pauk
·
Tidak ada
·
Asin, tinggi natrium
·
6-7 gelas
·
air putih
·
tidak ada
|
2
|
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
b. BAK
Frekuensi
Warna
Kesulitan
|
1 x/ hari
lembek
kuning khas feces
3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada
|
1 x/ hari
lembek
kuning khas feces
3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada
|
3
|
Istirahat tidur
j.
Tidur malam
k. Tidur siang
|
6 jam/ hari dari pukul 09.00-03.00
2 jam/ hari
|
6 jam/ hari dari pukul 09.00-03.00
2 jam/ hari
|
4
|
Personal hygiene
Mandi
Sikat gigi
Cuci rambut
|
2 x/ hari, mandiri
2 x/ hari
2 hari sekali
|
2 x/ hari, diseka oleh keluarga dan perawat
2 x/ hari dibantu oleh keluarga dan perawat
2 hari sekali dibantu oleh keluarga dan perawat
|
5
|
Aktivitas
|
Klien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga yang selalu di rumah.
|
Klien bedrest di tempat tidur, kebutuhan ADL seperti BAB dan BAK
masih dapat dipenuhi dengan bantuan perawat dan keluarga.
|
- Pemeriksaan Penunjang
No
|
Jenis
|
Hasil
|
Nilai Rujukan
|
Satuan
|
1
|
Hematologi
Hemoglobin (L)
Leukosit (L)
Hematokrit (L)
Trombosit
|
10,6
6.806
34
174.000
|
13-18
3,8-10,6rb
40-52
150-440rb
|
gr/dL
mm3
%
mm3
|
2
|
Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin (LK)
Glukosa sewaktu
Natrium
Kalium
|
43
0.69
166
137
3,3
|
15-50
0,6
<140
135-145
3,6-5,5
|
mg/dL mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/
|
- Klasifikasi Data (DS-DO)
DS:
Klien mengatakan lemas
·
Klien mengatakan sering tidak
melanjutkan pengobatan.
·
Klien mengatakan jarang
kontrol.
·
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakitnya
·
Klien mngatakan ingin segera
pulang
DO:
Klien bedrest
·
Klien tidak tahu apa itu
hipertensi.
·
Klien menanyakan tentang
keadaanya
·
Klien tidak tahu mengapa perlu
pengobatan rutin.
- Penyimpangan KDM
|
- Analisa Data (Data- Etiologi- Masalah)
No
|
DATA
|
INTERPRETASI DATA DAN KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
MASALAH
|
1.
|
DS:
Klien mengatakan lemas
DO:
Klien bedrest
|
Kondisi penyakit klien
↓
Klien harus tirah baring
↓
Menimbulkan kekakuan tonus otot
↓
Resiko terjadinya kekakuan otot-otot ekstremitas
|
Resiko terjadinya kekakuan otot-otot ekstremitas
|
2.
|
DS :
·
Klien mengatakan sering tidak
melanjutkan pengobatan.
·
Klien mengatakan jarang
kontrol.
DO :
·
Klien tidak tahu apa itu
hipertensi.
·
Klien tidak tahu mengapa
perlu pengobatan rutin.
|
Kurangnya pengetahuan tentang pengertian, penyebab, dan pencegahan
hipertensi
↓
Tidak melanjutkan pengobatan
↓
Tekanan darah tidak terkontrol
↓
Resiko terjadinya kembali
|
Resiko hipertensi berulang
|
3.
|
DS :
·
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakitnya
·
Klien mngatakan ingin segera
pulang
DO :
·
Klien menanyakan tentang
keadaanya
|
Penyakit Hipertensi
↓
membutuhkan perawatan
dan pengobatan yang lama
↓
kurangnya informasi mengenai kondisi penyakitnya dan prosedur
pengobatannya
↓
stressor bagi klien
↓
Cemas
|
Gangguan Rasa Aman : Cemas
|
- ASKEP
DX 1 => Resiko
terjadinya kekakuan otot-otot ekstremitas sehubungan dengan tirah baring
lama.Ditindai dengan
DS:
Klien mengatakan lemas
DO:
Klien bedrest
Tupan :
Tidak terjadi kekakuan otot-otot ekstremitas.
Tupen :
Dalam 3 hari klien mampu menggerakkan ekstremitas atas dan
bawah dengan kriteria :
·
Klien tidak lemas lagi.
·
Klien tidak bedrest lagi.
Intervensi
1. Lakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional: Meningkatkan secara
bertahap tingkat aktivitas klien sampai normal.
2. Lakukan ROM pasif.
Rasional: Mencegah adanya
kekakuan dan untuk memperlancar peredaran darah.
3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
Rasional: Klien merasa
lebih nyaman bila dibantu oleh keluarga.
DX 2 => Resiko
terjadinya kembali hipertensi sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
tentang hipertensi. Ditindai dengan
DS :
·
Klien mengatakan sering tidak
melanjutkan pengobatan.
·
Klien mengatakan jarang
kontrol.
DO :
·
Klien tidak tahu apa itu
hipertensi.
Klien tidak tahu mengapa perlu pengobatan rutin
Tupan :
Tidak terjadi hipertensi berulang setelah klien kembali ke rumah.
Tupen :
Dalam 1x24 jam setelah mendapat penyuluhan kesehatan tentang
hipertensi klien paham dengan kriteria :
·
Mengerti tentang penyakit dan
penanganannya.
·
Patuh terhadap program
perawatan diri.
Intervensi
1.
Observasi TTV.
Rasional: Memantau
perkembangan hipertensi.
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi, meliputi :
·
Pengertian hipertensi secara
singkat dan sederhana.
·
Penyebab hipertensi.
·
Diit hipertensi.
·
Program perawatan diri.
·
Komplikasi hipertensi secara
singkat dan sederhana.
Rasional: Dengan
pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan klien bertambah dan resiko
hipertensi berulang dapat dicegah.
3.
Anjurkan keluarga untuk memantau
klien dalam makan obat dan diit klien.
Rasional: Klien lebih
termotivasi untuk makan obat dan menjalani diitnya.
4.
Berikan diit rendah garam
dengan sedikit tapi sering.
Rasional: Mengurangi mual.
DX 3 => Gangguan Rasa
Aman : Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi
penyakitnya. Ditandai dengan :
DS :
·
Klien dan keluarga mengatakan
kurang mengetahui tentang penyakitnya
·
Klien mngatakan ingin segera
pulang
DO :
·
Klien menanyakan tentang
keadaanya
Tupan :
Gangguan rasa aman : cemas tidak terjadi.
Tupen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
hari, diharapkan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaannya meningkat,
dengan kriteria:
-
Klien dan
keluarga tidak mengeluh merasa khawatir tentang penyakitnya.
-
Klien dan
keluarga secara verbal mengatakan mengerti tentang penjelasan dari perawat.
- Ekspresi wajah klien tenang
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien dan keluarga.
Rasional: Dengan adanya hubungan saling percaya
klien mau mengungkapkan masalah dan perasaannya pada perawat.
2. Bantu klien untuk menyesuaikan dirinya dengan
kehidupan di RS.
Rasional: Dengan penyesuaian kehidupan di RS
supaya klien terbiasa dengan keadaan lingkungan di RS demi kesembuhannya.
3. Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai
kondisi penyakit, proses penyembuhan dan perawatan klien.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan, pemahaman
klien dan keluarga sehingga mengurangi kecemasan.
4. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang
keadaan penyakit, prosedur pengobatan dan perawatan selama klien dirawat di RS.
Rasional: Diharapkan dapat menambah pengetahuan
klien dan keluarga tentang keadaannya dan dapat membantu mengurangi kecemasan
pada klien.
5. Kaji pemahaman klien dan keluarga mengenai keadaan
penyakit, prosedur pengobatan dan perawatan.
Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
klien dan keluarga sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.
Tindakan Keperawatan
Tanggal dan Waktu
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
Nama dan Paraf
|
11-01-2005
07.30
|
Dx3 , Dx2 ,Dx1
|
-
Mengajarkan dan membantu Melakukan mobilisasi secara bertahap.
- Mengajarkan dan membantu
Melakukan ROM pasif
-
Melibatkan keluarga dalam
setiap tindakan
Hasil :
Perawat
membantu klien dalam mengajarkan dan membimbing klien dalam melakukan
mobilisasi dan klien mau melakukan
-
Mengobservasi TTV
Hasil :
Tekanan darah =130/80 mmHg
Nadi = 67 x/menit
Respirasi = 21 x/mnt
Suhu = 36,50 C
|
|
08.00
|
Dx 3
|
·
Memberikan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi.
|
|
09.00
|
Dx3
|
·
Melakukan ROM pasif kepada
klien dengan mobilisasi secara bertahap
Respon : Klien dapat melakukan ROM pasif
·
Melibatkan keluarga dalam
setiap tindakan.
Respon : keluarga mengerti dan ikut terlibat dalam
membantu mobilisasi klien.
|
|
10.00
|
Dx3
|
·
Memberikan terapi Aspar K 3 x 1 tab PO
Respon : obat diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
·
Memberikan therapy Furomesid
1 x 40 mg PO dan Caltopril 3 x 12,5 mg PO
Respon : obat diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
·
Pantau dan catat respon
terhadapan obat.
Respon : tidak ada reaksi alergi dan klien lebih
tenang.
|
|
10.30
|
Dx2 , DX3
|
Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga tentang hipertensi
Respon : Klien dan keluarga mengatakan telah mengerti
tentang penyakit hipertensi yang dideritanya meliputi : pengertian, penyebab,
diit, program asuhan perawatan diri, dan komplikasi dari hipertensi.
|
|
12.15
|
Dx2
|
·
Memberikan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi
|
|
Evaluasi
DX No.
|
Tanggal dan Waktu
|
Perkembangan
|
Nama dan Paraf
|
1
|
12-01-2005
|
S :
Klien mengatakan mulai bisa
menggerakkan ekstremitas atas maupun bawah.
O :
Klien dapat melakukan ROM pasif.
A :
Masalah teratasi sebagian.
P :
Lanjutkan intrervensi
I :
-
Mengajarkan dan membantu Melakukan mobilisasi secara bertahap.
- Mengajarkan dan membantu
Melakukan ROM pasif
-
Melibatkan keluarga dalam
setiap tindakan
E :
Klien dapat mengikuti latihan ROM
secara pasif dan dapat menggerakkan tangan dan kakinya secara aktif walaupun
sedikit
R :
Kaji Cara klien dan keluarga
melakukan ROM
|
|
2..
|
12-01-2005
|
S :
Klien dan keluarga mengatakan
telah mengerti tentang penyakit hipertensi yang dideritanya meliputi :
pengertian, penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan komplikasi
dari hipertensi.
O :
Klien dan keluarga dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
A :
Masalah teratasi.
P:
Intervensi
dihentikan
|
|
3
|
12-01-2005
|
S :
-
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakitnya
-
Klien mengatakan ingin segera
pulang
O :
-
Klien menanyakan tentang
keadaanya
A :
-
Masalah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes.
M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Smeltzer,
Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Suprajitno.
(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito,
L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC
Friedman,
M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa:
Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Effendy.
N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Long.
Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et.
All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi, (Online), (http://
depkes.co.id/stroke.html)
Tim
POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan
Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah
Harapan kita. Jakarta
FKUI.
(1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
DIKLIT
RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan Kardiovaskuler. RS
Jantung Harapan Kita. Jakarta
Wow, I like the way you design this web... It's so beautiful.
ReplyDeleteObat Kolesterol 100% Herbal Aman Tanpa Efek Samping
Obat Kolesterol Tinggi Tanpa Adanya Efek Samping Negatif
Obat Kolesterol Alami Untuk Melawan Kolesterol Jahat
Obat Kolesterol Menahun 100% Dari Herbal Tradisional