Eritroderma (Alergi Obat)
Pembubaran Panitia LKMTD (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Tahap Dasar) |
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu
bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam
kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau
bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem
kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing
lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi
yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan
tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Alergi obat terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga
bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang digunakan. Tubuh berusaha menolak
obat tersebut, namun reaksi penolakannya amat berlebihan sehingga merugikan
tubuh sendiri. Reaksi itu bisa berupa gatal, sesak napas, penurunan tekanan
darah, reaksi kulit disertai kelainan pada selaput lendir saluran cerna,
sindrom Stevens-Johnson pada saluran napas dan kemaluan.
Beberapa alergi obat hilang dengan sendirinya beberapa waktu. Tetapi
setelah anda memiliki reaksi alergi terhadap obat-obatan, anda mungkin akan
selalu menjadi alergi obat. Anda juga bisa alergi obat-obatan lainnya yang
seperti itu. Alergi obat merupakan salah satu jenis berbahaya, atau Adverse,
reaksi narkoba. Gejala dan perawatan dari berbagai jenis Adverse reaksi
berbeda.
Risiko alergi obat meningkat pada orang yang memiliki bakat alergi atau
dalam istilah kedokteran disebut denganatopi. Untuk menghindari terjadinya
alergi obat, perlu kerja sama antara pasien dan dokter. Pasien harus
mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat
tubuh alergi atau dicurigai menimbulkan alergi.
B.
Proses
terjadinya alergi
Normalnya benda – benda asing yang masuk ke dalam tubuh bisa diidentifikasi
dengan aman dan dapat diabaikan. Alergi terjadi jika sistem kekebalan tubuh
salah mengidentifikasi benda asing sehingga benda asing itu dianggap sebagai
ancaman. Karena di anggap ancaman maka sistem kekebalan tubuh akan mengeluarkan
berbagai macam zat dan antibody untuk melawan benda asing tersebut. Zat dan
senyawa yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan gejala – gejala alergi bagi tubuh
penderita. Benda asing yang menyebabkan alergi disebut sebagai alergen. Sistem
kekebalan tubuh yang berperan dalam proses terjadinya alergi adalah IgE
(immunoglobulin E). Seseorang akan mudah menderita alergi jika orang tersebut ada
riwayat keturunan alergi.
C.
Zat yang
dapat menyebabkan alergi
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang Anda konsumsi
dapat berpotensi menimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang
berbeda-beda. Namun, dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
menyebutkan obat yang yang sering menimbulkan alergi adalag antibiotika
penisilin dan turunannya (ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), antibiotika
sulfonamide, obat antidemam dan antinyeri (seperti asam salisilat, parasetamol,
dll).
Obat apapun dapat menyebabkan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
Obat apapun dapat menyebabkan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
1.
Penicillins (seperti nafcillin, ampicillin atau
amoxicillin). Jenis obat-obatan yang paling menyebabkan alergi obat.
2.
Sulfa obat-obatan.
3.
barbiturates.
4.
Insulin.
5.
Vaksin.
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi
untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibodi.
Vaksin terbuat dari virus yang telah dimatikan atau "dilemahkan"
dengan menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid,
thymerosal dan lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan
vaksin tertentu ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit/virus tersebut. Tanda alergi yang biasa dialami oleh seseorang yang
diberi vaksin adalah demam.
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai
agen asing, menghancurkannya, dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian
hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:
a.
menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel dan
b.
mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi
sebelum agen ini dapat berbiak.
6.
Anticonvulsants.
7.
Obat untuk Hyperthyroidism.
risiko tinggi
a.
Allopurinol
b.
Sulfamethoxazole
c.
Sulfamediazine
d.
Sulfapyridine
e.
Sulfadoxine
f.
Sulfasalazine
g.
Carbamezepine
h.
Lamotrigine
i.
Phenobartbital
j.
Phenytoin
k.
Phenylbutazone
l.
Nevirapine
m.
Oxicam NSAIDs
n.
Thiacetazone
Resiko rendah
a.
Acetic Acid NSAIDS
b.
Aminopenicilins
c.
Cephalosporinsquinolones
d.
Cyclins
e.
Macrolides
Cukup aman
a.
Paracetamol (acetaminophen)
Paracetamol adalah suatu senyawa
Acetazolamida dari Pirlideniadan termasuk salah satu nootropikagen yang
berpengaruh pada susunan syaraf pusat. Biasanya akibat darimeminum paracetamol
ini tidak mengalami reaksi alergi, jadi cukup aman.
b.
Pyrazolone analgesics
c.
Corticosteroid
d.
Sertraline
Tak berisiko
a.
Aspirin
b.
Sulfonylurea
c.
Thiazide diuretics
d.
Aldactone
e.
Calcium channel blockers
f.
Statins
g.
Hormon
h.
Vitamin
Jika Anda alergi salah satu
obat-obatan, Anda mungkin alergi lain seperti itu. Misalnya, jika Anda alergi
penisilin, Anda mungkin juga alergi sama obat-obatan seperti cephalosporins
(cephalexin atau cefuroxime, misalnya).
D. Gejala
Gejala alergi dapat mulai dari yang ringan hingga yang berat. Gejala alergi
yang ringan dapat berupa bersin – bersin, hidung meler, gatal – gatal baik
bersifat lokal atau seluruh tubuh, hidung mampet dan gejala alergi lainnya. Gejala
alergi dapat dapat terlihat pada kulit, mata, hidung, paru-paru dan perut,
tergantung pada jenis alerginya. Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan
ke sangat serius adalah:
1.
hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit
disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar
kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi obat.
2.
Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
3.
demam.
4.
kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut
racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak
dirawat.
5.
Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya.
Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti
hives dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum
obat, reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.
Gambaran
lain yang menandakan adanya alergi obat :
a.
Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang terkena
cacar
b.
Adanya biduran
c.
Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik
kulit.
d.
Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada
penderita demam berdarah dengue.
e.
Adanya radang pada pembulih darah (vaskulitis)
f.
Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan sinar
matahari
g.
Adanya penonjolan bernanah seperti jerawatKelainan
lain gawat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang dalam klinik disebut
nekrolisis epidermal toksik
Gejala alergi yang berbahaya : rekasi anafilaksis
Reaksi alergi yang sangat berbahaya adalah gejala anafilaksis, gejalanya dapat berupa shock berupa tekanan darah secara tiba – tiba dan cepat sehingga membahayakan nyawa si penderita, kepala pusing dan sang penderita terlihat sangat cemas sehingga perlu penanganan yang cepat dan harus segera di bawa ke klinik atau RS. Gejala alergi anafilaksis paling sering terjadi pada gigitan serangga dan alergi obat tertentu namun reaksi anafilaksis akibat minum obat tersangat jarang terjadi.
Gejala alergi yang berbahaya : rekasi anafilaksis
Reaksi alergi yang sangat berbahaya adalah gejala anafilaksis, gejalanya dapat berupa shock berupa tekanan darah secara tiba – tiba dan cepat sehingga membahayakan nyawa si penderita, kepala pusing dan sang penderita terlihat sangat cemas sehingga perlu penanganan yang cepat dan harus segera di bawa ke klinik atau RS. Gejala alergi anafilaksis paling sering terjadi pada gigitan serangga dan alergi obat tertentu namun reaksi anafilaksis akibat minum obat tersangat jarang terjadi.
E. Cara dokter mendiagnosa adanya reaksi alergi
a.
Dokter menanyakan mengenai riwayat obat-obatan di masa
lalu.
b.
Dokter menanyakan mengenai kesehatan masa lalu
c.
akan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika tidak memberitahu dokter apakah anda memiliki alergi obat, maka ia
dapat melakukannya tes kulit apakah Anda memiliki reaksi alergi.
Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu tes darah atau lainnya
Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu tes darah atau lainnya
jenis pengujian.
Adapun yang dilakukan oleh dokter ialah :
1.
Dokter mewawancara (anamnesa) seperti:
a.
Obat-obat apa saja yang Anda konsumsi belakangan ini?
Apakah Anda mengonsumsi obat tradisional seperti obat Cina atau jamu-jamuan
b.
Apakah kelainan ini muncul setelah Anda mengonsumsi
obat atau jamu tersebut?
c.
Apakah ada rasa gatal dan demam yang tak terlalu
tinggi?
2.
Dokter melakukan pemeriksaan pada kulit Anda, dan
diagnosa ini dapat ditegakkan dengan melihat adanya gejala:
a.
Adanya penyebaran kelainan kulit yang tersebar dan
simetris atau setempat saja
b.
Adanya bentuk kelainan yang timbul seperti kemerahan
pada kulit, adanya biduran, perdarahan dalam kulit, tonjolan bernanah, dan
lainnya.
F. Pengobatan
Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk alergi obat adalah untuk berhenti
meminum obat yang menyebabkan alergi, dan bicara dengan dokter untuk melihat
apakah Anda dapat menggunakan jenis obat lain yang dapat dikonsumsi tanpa
timbul alergi.
1.
Jika pasien memiliki reaksi alergi yang mengancam
hidup pasien, dokter harus memberikan epinephrine. Jika pasien mengalami
kesulitan bernapas atau jika mulai mendapatkan hives. Dokter perlu mengambil
obat-obatan lainnya, seperti antihistamines steroid dan obat-obata, dan
meletakkan obat-obatan ini secara langsung ke dalam pembuluh darah (IV).
2.
Jika pasien memiliki reaksi alergi ringan,
over-the-counter antihistamines gejala dapat membantu pasien. Namun memiliki
efek ngantuk.
3.
Jika dokter tidak dapat mengubah obat, dokter dapat
mencoba metode yang disebut desensitization.
1.
Pertama yang harus dilakukan adalah mulai mengambil
jumlah kecil obat yang menyebabkan reaksi .
2.
Secara perlahan-lahan tingkatkan jumlah dosis
pemakaian. Hal ini memungkinkan pasien mendapatkan sistem kekebalan
"digunakan untuk mendapatkan" obat. Setelah inipasien dapat
dipastikan tidak lagi memiliki reaksi alergi.
Dokter akan mempertimbangkan antara dua jenis obat yaitu untuk memberikan efek :
Dokter akan mempertimbangkan antara dua jenis obat yaitu untuk memberikan efek :
a.
sistemik (ke selutuh tubuh)
b.
hanya topikal (setempat).
Tentunya ini berdasarkan kebutuhan dari pasien dan
keadaan pasien.
Obat yang termasuk sistemik adalah obat jenis
kortikosteroid yang diberikan secara diminum, misalnya obat prednison. Dokter
juga dapat memberikan obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
Pengobatan topikal juga bergantung pada keadaan kulit,
apakah kering atau basah. Jika kering dapat diberikan bedak salisilat. Jika
basah akan diberikan kompres dengan larutan salisilat.
Sebenarnya, penyakit ini dapat disembuhkan apabila kita
mampu mengetahui obat apa atau zat apa yang menyebabkan alergi ini. Akan tetapi
terdapat keadaan tertentu seperti nekrolisis epidermal toksik dan sindrom
Steven Johnson, yang dapat mematikan. Hal ini kembali pada bagaimana kualitas
dari reaksi tubuh tersebut kepada obat yang dipakai.
Pendekatan terhadap alergi saat ini sudah sangat maju.
Dari obat-obatan sampai lewat imunoterapi , alergi obat ini dapat diatasi bila
kita mengetahui jenis-jenis obat.
Obat alergi yang terbaik adalah dengan mencegah alergi tersebut dengan menghindari alergen/benda yang diketahui menyebabkan alergi. Jika telah terjadi alergi maka diperlukan obat untuk mengurangi gejala alergi yang terjadi. Obat alergi yang sering diberikan oleh dokter adalah antihistamin dan kostikosteroid. Kedua jenis obat tersebut banyak tersedia di apotik namun tetap harus berdasarkan resep dokter.
Obat alergi yang terbaik adalah dengan mencegah alergi tersebut dengan menghindari alergen/benda yang diketahui menyebabkan alergi. Jika telah terjadi alergi maka diperlukan obat untuk mengurangi gejala alergi yang terjadi. Obat alergi yang sering diberikan oleh dokter adalah antihistamin dan kostikosteroid. Kedua jenis obat tersebut banyak tersedia di apotik namun tetap harus berdasarkan resep dokter.
Pengobatan gejala alergi yang parah memerlukan
pengobatan immunotherapy oleh dokter ahli alergi dengan memberikan suntikan
dari allergen kepada penderita dengan tujuan membangun ketahanan tubuh terhadap
allergen tersebut. Adapun alergi anafilaksis memerlukan perawatan medis darurat
yang cepat dengan di bawa ke klinik atau RS. Adapun obat yang diberikan untuk
pengobatan alergi anafilaksis adalah dengan suntikan epinefrin dan pemberian
infus.
Obat Alergi
Dan Imunitas
Obat alergi
diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan alergen
(penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka panjang
disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal.
Obat alergi
dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)
Obat alergi
golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1) yang menyebabkan
timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin. Histamin inilah yang
kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam kemerahan, gatal-gatal,
pilek, bersin, dll.
2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison)
Kortikosteroid
merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal (adrenal cortex) atau
obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan hormon ini. Efek yang
ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan mempengaruhi hampir
semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan cairan dan elektrolit hingga
daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat golongan steorid mempunyai
indikasi yang sangat luas. Salah satunya sebagai anti alergi pada serangan akut
dan parah Penggunaan kortikosteorid diusahakan tidak dalam jangka waktu panjang
dan dengan dosis serendah mungkin yang sudah memberikan efek terapi sesuai
indikasinya. Dipilih dulu sediaan yang nonsistemik (topikal atau inhalasi)
karena tidak/sedikit sekali diserap ke dalam tubuh. Jika obat ini sudah
digunakan dalam jangka waktu lama, maka untuk menghentikannya tidak boleh
mendadak, tetapi harus diturunkan perlahan-lahan.
G. Pencegahan
Untuk mencegah
alergi ini kembali:
1.
Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak
lagi mengonsumsi obat tersebut.
2.
Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi
dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
3.
Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh
kondisi alergi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi
adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat
asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan,
penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan
kematian (jarang terjadi).
Alergi
sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem kekebalan
tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing lainnya.
Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi yang
berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh
terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
B. Saran
Mencegah
lebih baik dari pada mengobati. Untuk mencegah alergi ini kembali:
1.
Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak
lagi mengonsumsi obat tersebut.
2.
Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi
dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat
tertentu.
3.
Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh
kondisi alergi.
DAFTAR PUSTAKA
3.
Sumber: wawancara. Ewy
Comments
Post a Comment