Hubungan Sosial (Keperawatan Jiwa)
Lebih Utama |
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Hubungan sosial diartikan sebagai
cara-cara individu bereaksi terhadap dirinya (Anna Alishahbana, dkk. : 1984)
hubungan sosial ini menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,patuh pada peraturan dll. Hubungan
social diawali dari rumah sendiri yang kemudian berkembang dalam lingkup social
yang lebih luas, seperti sekolah dan teman sebaya, kesulitan anak berhubungan
social dengan teman sebaya ini biasanya disebabkan oleh pola asuh yang penuh
dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola
asuh orang tua yang salah, pada umumnya masih bias di perbaiki oleh orang tua
itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan teman-teman sebaya cenderung sulit
di perbaiki (Sunarto : 1998)
- Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1.
Memenuhi tugas keperawatan jiwa
2.
Menambah wawasan
- Rumusan Masalah
1.
Apa definisi hubungan sosial?
2.
Bagaimana asuhan keperawatannya?
BAB II
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL
Manusia adalah mahkluk, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan ,
bina hubungan interpersonal yang positif.
I.
Pengertian
Dibawah ini ada
beberapa pengertian menurut tokoh tokoh antara lain ;
Stuart and
Sudden (1998)
Hubungan
interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan
kedekatan, sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan.
Rogers
Karakteristik
hubungan yang sehat : terbuka, menerima orang lain sebagaisebagai orang yang
mempunyai nilai sendiridan adanya rasa empati.
Gangguan
hubungan social
Pengertian:
Keadaan dimana
seorang individu berpartisipasi dalam
kuantitas yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas
pertukaran sosial (Townsend,1998)
II.
Rentan Respoden Sosial
R.
Adapati R. Maladapatif
Sosial Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling
ketergantungan
(Stuart and
Sundeen,hal 441)
Perilaku
Yang Berhubungan Dengan Responden Sosial Maladaptif
Perilaku
|
Karakteristik
|
Manipulasi
|
Orang
lain diperlakukan seperti obyek hubungan terpusat pada masalah pengendalian
individu, berorientasi pada diri sediri atau pada tujuan, bukan berorintasi
pada orang lain.
|
Narkisisme
|
Harga
diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
|
Inplusif
|
Mendapatkan
penghargaan, pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain
tidak mendukung. Tak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman , penilaian
yang buruk tidak dapat diandalkan
|
Perilaku menarik diri :
Adalah usaha
menghidari interaksi dengan orang lain
dimana individu merasa bahwa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan membagi rasa, fikiran, prestasi / kegagalan, ia mempunai kesulitan
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tak sanggup membagi pengalaman dengan
orang lain.
III.
Karakteristik Perilaku Menarik Diri
·
Gangguan pola makan : tidak ada
nafsu makan / minum berlebihan
·
Berat badan menurun /meningkat
dratis
·
Kemunduran kesehatan fisik
·
Tidur berlebihan
·
Tingal ditempat tidur dalam
waktu yang lama
·
Banyak tidur siang
·
Kurang bergairah
·
Tak mempedulikan lingkungan
·
Aktivitas menurun
·
Mondar – mandir / sikap
mematung, melakukan gerakan secra berulang (jalan mondar mandir)
·
Menurunnya kegiatan seksual
Tugas
Perkembangan Berhubungan Dengan
Pertumbuhan
Interpersonal
Tahap
perkembangan
|
Tugas
|
Masa bayi
|
Menetapkan landasan percaya
|
Masa bermain
|
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
|
Masa pra sekolah
|
Belajar menunjukkan inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati
nurani
|
Masa sekolah
|
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan
berkompromi
|
Masa pra remaja
|
Menjadi intim dengan teman sejenis
kelamin
|
Masa remaja
|
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin
dan tidak tergantung pada orsng tua
|
Masa dewasa muda
|
Menjadi saling tergantung dengan orang
tua, teman, menikah dan mempunyai anak
|
Masa tengah baya
|
Belajar menerima
|
Masa dewasa
|
Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya.
|
IV.
Faktor – Faktor Pencetus Gangguan Hubungan Sosial.
1.
Faktor perkembangan
. Gangguan dalam pencapaian
tingkat perkembangan
. Sistem kelarga yang
terganggu
. Norma keluarga kurang mendukung
hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.
2.
Faktor biologik
. Genetik, neurotransmiter masih
perlu penelitian lebih lanjut.
3.
Faktor sosio cultural
. Isolasi akibat dari norma
yang tidak mendukng
. Harapan yang tidak realistic
terhadap hubungan
V.
Stressor Pencetus
1.
Stressor sosio cultural
. Menurunya
satabilitas unit keluarga
. Berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya
2.
Stresor psikologik
·
Ansietas berat yang
berkepenjangan dengan keterbatasan untuk mengatasi.
VI.
Sumber Koping
·
Keterlibatan dalam hubungan
yang luas dalam keluarga dan teman.
·
Hubungan dengan hewan
peliharaan
·
Gunakan kreatifitas utuk
mengekspresikan stress interpersonalseerti kesenian,musik,tulisan.
VII.
Mekanisme Koping
1.
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
anti social
. Poyeksi
. Pemisahan
. Merendahkan orang lain
2.
Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian “border line”
. Pemisahan
. Reaksi formasi
. Proyeksi
. Isolasi
. Idealisasi orang lain
. Merendahkan orang lain
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Fraktor predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa
tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembangan yang harus
dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri
Bila tugas dalam
perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap
Perkembangan
selanjutnya dan dapat terjadi gangguan
hubungan social.
b. Faktor komunikasi dalam
keluarga
Gangguan
komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind
komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan pola asuh
keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk berhubungan di luar
lingkungan keluarga.
c. Isolasi social
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan factor pendukung
untuk terjadinaya ada gangguan hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh noma-norma
yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap anggota keluarga yang
tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya misalnya : usia lanjut,
penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain.
2. Faktor predisposisi
a.
Struktur sosial budaya
Stres yang
ditimbulkan oleh factor sosial budaya antara lain keluarga yang labil, berpisah
dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.
b.
Faktor hormonal
Gangguan dari
fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan turunya hormon FSH
dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
c.
Hipotesa virus
Virus HIV dapat
menyebabkan prilaku spikotik.
d.
Model biological lingkungan
sosisal
Tubuh akan
menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada saat
terjadinya interaksi dengan interaksi sosial.
e.
Stressor psikologik
Adanya
kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan kecemasan tersebut.
3. Prilaku
a. Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga
1.
Tidak mampu mempercayai orang
lain.
2.
Bermusuhan.
3.
Mengisolasi diri dalam hubungan
sosial
4.
Paranoia
b. Tingkah laku
yang berhubungan dengan dependen
1.
Ekpresi perasaan tidak langsung
dengan tujuan.
2.
Kurang asertif
3.
mengisolasi diri dalam hubungan
sosial
4.
Harga diri rendah
5.
Sangat tergantung dengan orang
lain.
c. Tingkah laku
yang berhubungan dengan kepribadian anti sosial.
1.
Hubungan interpersonal yang
dangkal
2.
Rendahnya motifasi untuk
berubah
3.
Berusaha untuk tampil menarik.
d. Tingkah laku
yang berhubungan dengan borderline.
1.
Hubungan dengan orang lain
sangat stabil
2.
Percobaan bunuhdiri yang
manipulatif
3.
Susunan hati yang negatif
(depresif)
4.
Prestasi yang rendah
5.
Abivalensi dalam hubungan
dengan orang lain
6.
Tidak tahan dengan sendirian
e. Tingkah laku
yang berhubungan dengan menarik diri
1.
Kurang spontan
2.
Apatis, ekpresi wajah kurang
berseri
3.
Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan dirinya
4.
Tidak mau komonikasi verbal
5.
Mengisolasi diri
6.
Kurang sadar dengan lingkungan
sekitar
7.
Kebutuhan fisiologis terganggu
8.
Aktivitas menurun
9.
Kurang energi, harga diri
rendah, postur tubuh berubah.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang berubungan
dengan hubungan sosial. Diagnosa menurut
NANDA :
1.
Resiko terjadi perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri
2.
Koping keluarga inefektif
3.
Koping indifidu inefektif
4.
Kesepian berhubungan dengan
menarik diri
5.
Perubahan proses berfikir
6.
Isolasi sosial berhubungan
dengan kemampuan hubungan sosial inadekuat
7.
Ganggiuan persepsi (harga diri
rendah) berhubungan dengan persepsi keluarga nonrealistik dalam berhubungan.
8.
Menarik diri berhubungan dengan
waham curiga.
9.
Kebersihan diri kurang
berhubungan dengan kurang energi
10. Gangguan hubungan sosial berhubungan dengan kurangnya perhatian
terhadap lingkungan.
11. Menurunya aktivitas motorik berhubungan kurangnya perhatian terhadap
lingkungan.
12. Potensial defisit cairan berhubungan dengan tidak mau merawat diri.
13. Gangguan komonikasi verbal
14. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan menarik diri
C. Perencanaan
Ada
beberapa prinsip rencana asuhan keperawatan dengan klien gangguan hubungan
sosial, antara lain :
1.
Bina hubungan saling percaya
2.
Bantu klien menguraikan
kelebihan dan kekurangan interpersonal.
3.
Bantu klien membina kembali
hubungan interpersonal yang positf / adaptif dan memberikan kepuasan timbal
balik :
·
Beri penguatan dan kritikan
yang positif
·
Jangan perhatikan klien saat
manipulatif/ekploratif,konfrontasi
·
Bertindak sebagai model peran,
latih prilaku
·
Dengarkan semua kata-kata klien
dan jangan menyela saat klien bertanya.
·
Berikan penghargaan saat klien
dapat berprilaku yang positif
·
Hindari ketergantungan klien
·
Kembangkan hubungan terapeutik
dengan klien “bukan anda”, tetapi perilaku anda yang tidak dapat diterima.
4.
Perhatikan kebutuhan ADL klien
5.
Libatkan dalam kegiatan
ruangan.
6.
Ciptakan lingkungan terapeutik
7.
Terapi somatic
8.
Libatkan keluarga/system
pendukung untuk membantu mengatasi masalah klien.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai
dengan rencana keperawatan yang ada dan dilakukan di lapangan
E. Evaluasi
Klien mengadakan
hubungan interpersonal yang efektif, dapat bekerjasama dengan perawat dan
keluarga, klien dapat menggunakan sumber koping yang adekuat.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Keadaan dimana
seorang individu berpartisipasi dalam
kuantitas yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran
sosial (Townsend,1998)
- Saran
Hindarilah stress sosial yang dapat memicu
terjadinya gangguan hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari anda.
“Keep smiles every day”
DAFTAR ISI
http://www.scribd.com/doc/53140629/ASKEP-Gangguan-Hubungan-Sosial
Comments
Post a Comment