FRUSTASI (ILMU BUDAYA DASAR)


BAB I
PENDAHULUAN
      A.     Latar Belakang
Bagaimana hebatnya kita dalam menghadapi masalah, situasi hidup akan selalu membuat kita mengalami suatu keadaan yang disebut dengan “stress” tau istilah kerennya “frustasi”. Apa yang menyebabkan stress adalah karena keinginan kita yang tidak dapat selalu terpenuhi, hambatan harus diselesaikan, pilihan harus ditentukan dan penundaan harus disepakati.
Berbagai hambatan, baik eksternal maupun internal, dapat mengganggu usaha seseorang untuk mencapai tujuannya. Lingkungan fisik, menimbulkan hambatan seperti kemacetan lalu lintas, antrian di supermarket atau stasiun kereta, musim kemarau yang menimbulkan kekeringan dan keributan yang mengganggu konsentrasi.  Lingkungan sosial menimbulkan hambatan dalam bentuk larangan yang ditetapkan orang lain, sampai pada masalah diskriminasi sosial dan diskriminasi seksual. Namun terkadang, hambatan bisa juga datang dari keterbatasan individu itu sendiri, seperti cacat tubuh, ketiadaan kemampuan tertentu dan lain sebagainya.
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif yang bertentangan. Apabila dua motif saling bertentangan, kepuasan motif yang satu akan menimbulkan frustasi motif yang lain. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menikah dengan seorang pria, namun pria tersebut sudah mempunyai istri. Dalam hal ini, jika sang wanita tetap nekat untuk menikahi pria beristri tersebut, maka sang wanita akan mengalami kepuasan, sedangkan istri sang pria, akan mengalami frustasi / stress. Secara, wanita mana sih yang benar-benar mau dimadu?!
      B.     Rumusan Masalah
1.      Apa frustasi itu?
2.      Apa penyebab frustasi?
      C.     Tujuan Pembuatan Makalah
1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian Frustasi
2.      Agar mahasiswa mengetahui penyebab Frustasi
3.      Agar mahasiswa mengetahui gejala-gejala Frustasi
4.      Agar mahasiswa mengetahui cara mencegah Frustasi
5.      Agar mahasiswa tidak Frustasi


BAB II
PEMBAHASAN
     1.      Frustasi
Sebagaimana yang disinyalir oleh Ernesto Sabato bahwa manusia modern yang sangat mengagungkan tehnologi, sikap hidupnya yang sangat egoistic, serta bergaya hidup konsumeristik,  serta dilain pihak mereka tidak lagi menaruh perhatian yang memadai terhadap kehidupan spiritual atau keberagamannya pasti akan melahirkan munculnya berbagai macam penyakit social, seperti tindak kriminalitas yang angat sadis lari dari dunia nyata dengan dibantu oleh obat-obatan dan minuman keras, prilaku seksual yang menyimang, histeri missal dan frustasi yang menggejala di seluruh dunia yang oleh sabato disebut dengan istilah “The Feeling Of Universal Fristration”. Gejala yang merebak sedemikian rupa di tengah-tengah masyarakat modern ini adalah merupakan konsekuensi logis dari akibat terjadinya gaya hidup sebagaimana telah diuraikan diatas.
Arti frustasi dilihat secara etimologis adalah kekacauan, kegagalan, rintangan. Kats B dan Lahner G.F.J, mengartikan frustasi ”as the bloking of desire or need”. Abe Arkoff mengartikannya sebagai “a process wich our behaviour is blocked”. Sementara menurut Zakiah Dradjat, frustasin adalah ”suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya berbagai kebututuhan, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal menghalangi keinginan”. Sedang Kartini Kartono mendefinisikannya sebagai “suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi dan tujuan tidak dapat tercapai. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami suatu hambatan dalam usahanya mencapai tujuan”.
Tegasnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan mengalami suatu tekanan dan gangguan emosional yang demikian rupa, yang akhirnya menyebabkan frustasi apabila objek dan tujuannya tidak dapat tercapai karena ada sesuatu atau beberapa hal yang menghalaninya


Gejala Frustasi
Gejala frustasi yang menghinggapi diri seseorang akan terlihat seperti adaya perasaan dingin, kesal , kecewa sedih dan sebagainya. Dan kalau hal ini berlarut akhirnya ia mengalami depresi, yaitu suatu reaksi psikologi yang unik, yang gejala-gejalanya sangat bervariasi, seperti timbulnya ketegangan batin, gelisah, kehilangan gairah dalam dirinya yang tampak dalam wajah yang diliputi oleh kecemasan, lesuh dan letih. Menurut A.A.H. Watts gejala awal dari depresi antara lain:
1.      Munculnya perasaan lesu tak bertenaga
2.      Cemas
3.      Perasaan hati tak menentu
4.      Perubahan ritme tidur
5.      Perubahan kebiasaan atau cara hidup

    2.      Psikososial :
Adalah penyebab frustasi. setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
    
     3.      Masalah-Masalah Psikososial :
Adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
Contoh-contoh masalah psikosial antara lain :
a. frustasi karna cinta
b. Masalah Anak : Anak Jalanan, Penganiayaan Anak.
c. Masalah Anak Remaja : Tawuran, Kenakalan.

    4.      Mengenal Masalah Psikososial:
Pengenalan terhadap masalah psikososial merupakan salah satu kebijakan dalam pelayanan kesehatan jiwa dasar, termasuk pemberdayaan Puskesmas dalam pengenalan dan penanggulangan masalah psikososial.
Marilah kita tinjau beberapa masalah-masalah psikososial yang ada dalam masyarakat di Indonesia. Masing-masing masalah psikososial akan ditinjau menurut pengertian, Penyebab, pengenalan, penatalaksanaan dan pencegahan. Masalah-masalah psikososial tersebut yaitu :
    

     A.     Frustasi Karena Cinta
Dalam dunia ini, adalah tidak mungkin untuk memenuhi seluruh keinginan kita. Tak perduli bagaimana kuat dan berpengaruhnya seseorang, ia akan tetap mengalami frustrasi. Ia akan menginginkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Ketika ia telah memilikinya, ia menginginkan yang lebih banyak atau sesuatu yang lainnya lagi. Keinginan yang tak terpuaskan adalah wajar bagi setiap insan di dunia ini.
Dalam kenyataannya, keinginan akan cinta orang lain selalu menimbulkan frustrasi. Jika seseorang jatuh cinta dan mengetahui bahwa perasaannya tidak terbalas, ia menjadi patah hati. Hal ini sering terjadi di kalangan muda. Bahkan keadaan yang sudah jelas menyenangkan dapat berubah secara tiba-tiba. Sebagai contoh: * Siapa yang menikahi gadis itu? Suatu ketika seorang pemuda sangat mencintai seorang gadis dari kota lain. Setiap hari ditulisnya surat yang panjang kepada sang gadis, untuk mengutarakan cintanya. Setelah mengirim tidak kurang dari ratusan surat, pemuda ini mengalami hal yang menyakitkan, sang gadis jatuh cinta dan menikah dengan tukang pos yang mengantarkan surat-surat tersebut. Sejumlah orang jatuh cinta pada pandangan pertama dan tetap bahagia sampai akhir hidup mereka. Sedang yang lainnya jatuh cinta pada pandangan pertama, hanya untuk menyadari bahwa ia hanya tergila-gila dan menyesalinya kemudian. Tetapi kebanyakan, cinta membutuhkan waktu untuk berkembang. Karena itu, jika cinta tidak cepat berkembang, seseorang jangan terlalu mudah kecil hati.
Ada pepatah menyatakan bahwa seorang pengecut tidak pernah memikat hati seorang wanita cantik. Artinya bahwa seseorang yang terlalu cepat putus asa tidak akan dapat menikah dengan gadis yang diinginkannya. Sejumlah orang dapat bertingkah laku secara dewasa dan perlahan-lahan menarik perhatian orang lain dengan keramahan, pengertian, ketabahan dan kasih sayang untuk sesama. Orang tidak boleh seenaknya atau egois dalam mengungkapkan perasaannya. Bagaimanapun, perasaan manusia, seperti juga semua yang ada di alam, akan berubah. Jika seseorang dapat bertingkah laku baik, selalu ada kesempatan bahwa lawan jenisnya akan menyadari sifat-sifat baiknya dan timbul rasa simpati terhadap orang tersebut, tapi kesemuanya ini memerlukan waktu. Tetapi harus ada batas dalam usaha memikat hati lawan jenis, terutama jika jawabannya sudah jelas 'TIDAK' dan orang tersebut seharusnya tidak menjadi ekstrim dalam mengutarakan cintanya. Seseorang seharusnya memberikan hak kepada orang lain untuk membuat keputusannya sendiri dan menghormati keputusan tersebut. Tidak ada ketentuan bahwa cinta seseorang harus dibalas. Dalam keadaan dimana cinta seseorang tidak terbalas, jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak adalah saling mengharapkan kebahagiaan pada masa yang mendatang dan tetap sebagai teman tanpa menimbulkan gangguan apapun kepada pribadi masing-masing atau menyusahkan diri mereka sendiri. *

Perceraian/Putus
Dalam setiap hubungan percintaan, selalu ada kemungkinan untuk bercerai. Hubungan yang seperti mimpi telah menjadi hambar dan kedua pihak yang terlibat dapat melihat kedatangan perpisahan itu. Dalam perceraian ada perasaan yang terluka, terutama apabila perasaan seseorang telah terikat seluruhnya menjadi satu. Simpul perasaan harus diputuskan cepat atau lambat, dan setiap kali mereka diputuskan, pihak-pihak yang terlibat akan sedikit berduka. Setiap orang harus menerima kenyataan bahwa untuk beberapa saat, ia akan mengalami perubahan yang tajam pada perasaannya. Ingatan terhadap hal-hal yang dikatakan atau dilakukan akan timbul secara tiba-tiba dan akan menimbulkan berbagai macam perasaaan. Dalam keadaan demikian, sejumlah orang bertingkah laku seperti korban yang terluka. Jika tidak ada sesuatupun yang dapat dilakukan untuk mencegah perceraian, hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah menerimanya sebagai sesuatu yang tak dapat dihindarkan. Sebelum melakukannya, seseorang akan 'lumpuh', dengan pikiran yang terus menerus mempertanyakan bagaimana caranya untuk memperbaiki sesuatu yang tak dapat diperbaiki.
Seseorang harus siap untuk menjalani beberapa tahapan emosi sebelum pulih akibat perceraian. Pertama-tama akan terjadi goncangan. Sulit dipercaya bahwa perceraian telah terjadi, setelah itu harga dirinya akan jatuh. Ia merasa sangat malu, terutama kepada dirinya sendiri. Setelah goncangan dan menemukan cara untuk mengembalikan harga dirinya, ia harus menghadapi kesepian dari kesendiriannya. Tetapi pada akhirnya ini akan berakhir juga. Tidak akan menghilang dalam sehari atau seminggu, prosesnya memakan waktu, tetapi pasti akan berakhir. Selama periode ini, ia harus mencoba setahap demi setahap. Jangan memikirkan yang telah lampau atau terlalu mengkhawatirkan masa mendatang. Cara ini membantunya untuk melalui hari-hari yang sangat buruk. Dan kemudian, tanpa disadarinya, ia sudah tidak dipengaruhi lagi oleh perceraian, dan benar-benar bebas kembali. Dia harus menghindari dari melakukan kebodohan selama waktu penyesuaian. Sering kita membaca dari koran-koran yang memuat tragedi-tragedi seperti bunuh diri, kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang patah hati. Ada sebuah kasus mengenai seorang pemuda yang terjun ke sungai dan tenggelam, dengan surat-surat cintanya yang terbungkus rapi dalam sebuah kantong plastik tersimpan di kantongnya. Ia patah hati karena kekasihnya memutuskan untuk menikah dengan laki-laki lain. Pemuda ini melakukan bunuh diri secara fisik. Banyak orang melakukan pembunuhan perasaannya, dengan menjadi gila karena frustrasi dan sangat kecewa dengan hubungan cinta yang putus. Sedang yang lainnya tidak mau menikah atau jatuh cinta lagi setelah hubungan cintanya kandas. Mengapa orang-orang harus mengalami penderitaan ini? Tidak lain karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang ketidak-pastian hidup dan karena itu terperangkap dalam pergolakan perasaan. Mereka memperkuat ikatan kasih sayang dan memupuk harapan-harapan yang tidak masuk akal.
Keadaan yang diinginkan dan tak diinginkan berlaku di dunia ini dari setiap orang tanpa kecuali harus menghadapinya. Seseorang dapat menikmati keuntungan, tetapi untuk setiap keuntungan juga ada bahaya kerugian. Seperti terjadi pada popularitas, pujian dan kebahagiaan, yang bisa menimbulkan resiko negatifnya, yaitu: difitnah, dicela dan menderita. Bagaimanapun, setiap kejadian akan membawa harapan bahwa keadaan akan berubah menjadi lebih baik. Suatu kerugian dapat menjadi dasar untuk keuntungan yang akan datang, sementara ketidak-terkenalan dapat berubah menjadi terkenal, celaan menjadi pujian, dan penderitaan menjadi kebahagiaan. Itulah ketidak-tetapan keadaan duniawi. Dan persoalan cinta juga merupakan keadaan duniawi. Cinta antara dua manusia dapat tumbuh secara mendalam dan dewasa, bersikap saling memberi, saling menghormati dan saling berbagi rasa. Tetapi juga dapat menjadi hambar bila pihak-pihak yang terlibat saling mengabaikan atau ketika keadaannya yang berubah tanpa ada satu pihak pun yang salah.
Salah satu cara untuk menghibur penderitaan batin yang mendalam atau frustasi adalah dengan membandingkan kadar/tingkat penderitaan dan kesulitan kita dengan yang dialami oleh orang-orang lain. Anda menyangka bahwa dunia akan kiamat. Tetapi, jika anda mencoba untuk melihat penderitaan orang lain dan mencoba untuk menghitung berkah-berkah yang anda dapatkan, anda akan terkejut menyaksikan betapa banyak orang yang lebih menderita daripada anda. Metoda lain untuk mengatasi persoalan anda adalah mengingat apa yang pernah anda alami dengan keadaan yang sama atau lebih buruk daripada persoalan anda yang sekarang dan bagaimana anda, dengan kesabaran dan usaha anda dapat mengatasi kesulitan anda. Dengan demikian anda tidak akan membiarkan persoalan anda 'menenggelamkan' anda. Sebaliknya anda akan menyiapkan cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang anda hadapi. Anda harus menyadari bahwa anda telah melewati situasi yang lebih buruk dan anda telah siap dalam menghadapi persoalan apapun. Dengan pikiran seperti itu, anda segera akan memperoleh kembali kepercayaan diri anda dan akan dapat menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan anda.

B. Masalah Anak (Anak Jalanan, Penganiayaan Anak)
1) Anak Jalanan
1. Pengertian
Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di
jalanan kawasan urban. UNICEF (1986) memberikan batasan sebagai “Children who work on the streets of urban areas, without reference to the time they spend there or the reasons for being there”. Mereka umumnya bekerja di sektor informal.
2. Penyebab
Akibat kesulitan ekonomi; banyaknya orang tua yang urbanisasi dan jadi pengemis di ibukota; kekacauan dalam kehidupan keluerga khususnya perlakuan keras dan penelantaran; untuk menghindar dari penganiayaan dan kemiskinan.
3. Pengenalan
Komonitas ini sangat mudah ditemui, bergerombol di perapatan lampu, pusat pertokoan,
terminal bus dan tempat keramaian yang memungkinkan mereka mendapatkan uang. Berdasarkan latar belakang kehidupan dan motivasi,mereka dibedakan atas :
a. Golongan anak jalanan pekerja perkotaan, yakni mereka yang keberadaannya di jalanan terutama untuk mencari nafkah bagi dirinya maupun keluarganya.
b. Golongan anak jalanan “murni”, yakni yang menjalani seluruh aspek kehidupannya di jalanan. Mereka umumnya adalah pelarian dari keluarga bermasalah. Kehidupan jalanan membentuk subkultur tersendiri yang disebut budaya jalanan dengan nilai moralitas yang longgar, nilai perjuangan untuk bertahan hidup, penuh kekerasan, penonjolan kekuatan, ketiadaan figur orangtua, peranan kelompok sebaya yang besar.
Faktor-faktor yang berperan terhadap perkembangan pola perilaku anak jalanan yaitu:
Ada tidaknya kehadiran keluarga. Yang lepas hubungan dengan keluarganya, cenderung lebih banyak memperlihatkan perilaku antisosial.
Struktur keluarga. Yang berasal dari keluarga besar, cenderung kurang dapat perhatian dari orangtua dan cenderung lebih rentan terlibat gangguan tingkah laku.
Lamanya terlibat dalam kehidupan jalanan. Semakin lama dan semakin banyak waktunya mengeluti dunia jalanan, semakin akrab dengan nilai-nilai kultur jalanan.
Faktor pendidikan. Yang masih bersekolah, tampak lebih mampu mempertahankan nilai-nilai yang serasi dengan konformitas sosial masyarakat umum.
Lingkungan tempat tinggal. Yang “murni” anak jalanan, cenderung lebih banyak memperlihatkan perilaku antisosial.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan mental emosional, antara lain : kecenderungan berperilaku agresif-impulsif, gangguan tingkah laku, seks bebas, penyalahgunaan zat dan berkembangnya berbagai perilaku antisosial.

5. Pencegahan
Sosialisasi dan pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Anak yang baru.
DPRD dapat membuat PERDA Khusus yang mengatur perlindungan terhadap anak termasuk perlindungan dari sasaran penertiban aparat.

2) Penganiayaan Anak
1. Pengertian
Penganiayaan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian.

2. Penyebab
Orangtua, yang :
pernah jadi korban penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah.
kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan.
menyalahgunakan NAPZA.
mengalami gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian.
Anak, yang :
prematur.
retardasi mental.
cacat fisik.
suka menangis hebat atau banyak tuntutan.

3. Pengenalan
Indikator Telah Terjadinya Penganiyaan Anak :
- Cedera atau bekasnya yang bercirikan penganiyaan fisik.
- Tidak langsung dibawa ke dokter tapi telah diobati sekedarnya.
- Riwayat penyakit berulang.
- Perilaku dan emosi orangtua tidak adekuat.
- Hubungan anak dan orangtua tidak wajar, anak ketakutan atau masalah kejiwaan lain.

Akibat Penganuayaan Pada Anak, anak :
- tidak berani menceritakan peritiwa yang dialaminya
- mudah takut,tidak percaya orang,selalu waspada atau sangat penurut
- hati-hati dalam berhubungan fisik dengan orang dewasa
- mungkin takut untuk pulang ke rumah

Masalah kejiwaan (psikopatologi) yang dapat terjadi :
1. Depresi
2. Gangguan perilaku antara lain: Gangguan Perilaku Menentang
3. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktifitas)
4. Disosiasi
5. Gangguan Syres Pasca Trauma


4. Penatalalaksanaan
Pendekatan Psikologis Terhadap Anak Korban Penganiayaan, yaitu memperhatikan kebutuhan anak yang mengalami penganiayaan, yaitu untuk :
- dapat mempercayai seseorang;
- diperkenankan menjadi seorang anak;
- didorong menjadi seorang individu; mengembangkan potret diri yang positif; mengembangkan cara-cara berinteraksi dengan orang lain;
- mengembangkan cara mengkomunikasikan persaan-perasaannya secara verbal;
- belajar mengendalikan diri; belajar bahwa ia boleh menyalurkan perasaan-perasaan agresifnya dalam permainannya, dimana ia tidak akan melukai dirinya sendiri atau orang lain; belajar bagaimana caranya mengatasi stres. Wawancara Dengan Anak Korban Penganiayaan Langkah-langkah yang harus ditempuh :
1. Bina hubungan dengan anak (buid rapport)
2. Mintalah anak untuk menceritakan 2 (dua) peristiwa pada masa lalu
3. Terangkan pada anak bahwa perlu untuk menceritalan yang sebenarnya terjadi
4. Terangkan pada anak permasalahan (topic of concern) yang dihadapi
5. Biarkan anak bercerita dengan bebas mengenai perlakuan yang telah terjadi
6. Tanyakan pertanyaan yang bersifat umum,jangan menjurus. Kemudian yang spesifik
8. Gunakan alat bantu seperti boneka untuk menunjukkan bagian badan
9. Akhiri wawancara dan ucapan terima kasih pada anak

Terapi Untuk Anak
- Harus diusahakan supaya anak berada dalam keadaan aman
- Anak sebaiknya dikonsulkan ke dokter jiwa atau psikolog
- Secara psikoedukatif anak dibantu untuk menghadapi dirinya dan lingkungannya
- Mendorong anak membicarakan dengan terapisnya apa yang telah dialaminya,bias dengan teknik proyeksi,misalnya dengan bermain,menggambar dan lain-lain.

Terapi Untuk Orangtua
Sebelum terapi terlebih dahulu harus dilakukan evaluasi mengenai :
1. Keperibadian dan psikopatologi pada ayah dan ibu
2. Mengapa salah seorang (ayah/ibu) menganiya sedangkan yang lain membiarkan terjadi.
3. Apakah penganiayaan anak baru terjadi atau telah berlangsung lama
4. Motivasi untuk partisipasi dalam terapi
Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan pelbagai pendekatan antara lain :
1. Mengurai/menghilangkan stresorpsikososial
2. Mengurangi akibat psikologis yang negatif dari stresor pada ibu/ayah
3. Mengurangi tuntutan terhadap ibu sehingga mampu untuk menghadapi anak
4. Memberikan pelatihan dan dukungan emosional agar jadi orang tua yang lebih baik
5. Psikoterapi untuk mengatasi konflik intrapsikik


5. Pencegahan
Penegakan hukum positif berkaitan dengan kekerasan terhadap anak antara lain Undang- Undang Perlindungan Anak.

C. Remaja (Tawuran, Kenakalan Remaja)
1) Tawuran
1. Pengertian
Tawuran adalah kegitan “sampingan” pelajar, yang beraninya hanya kalau bergerombol/berkelompok dan sama sekali tidak ada gunanya,bahkan dapat dibilang merupakan tindakan pengecut.

2. Penyebab :
Iseng,bosan, jenuh;
Tekanan kelompok dalam bentuk solidaritas;
Peran negatif BASIS (Barisan Siswa) diluar sistem sekolah;
Warisan dendam/musuh, menguji kekebalan;
Kaderisasi bekas siswa yang drop out (putus sekolah);
Kurang komunikasi orang tua,anak dan sekolah;
Kesenjangan sosial ekonomi; lingkungan sekolah belum bersabat dengan remaja;
Tidak tersedianya sarana/prasarana penyaluran agreifitas;
Lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan keperibadian sehat;
Pengaruh media masa (cetak dan electronik) yang memberitakan dan menayangkan kekerasan dan aresifitas;
Penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).

3. Pengenalan
Tawuran biasanya terjadi pada
hari-hari tertentu (hari ulang tahun sekolah);
adanya konsentrasi masa siswa di halte bus/dalam bus,di tempat nongkrong lain;
adanya siswa membawa senjata,payung ataupun batu.
Frekuensi tawuran meningkat pada saat :
- tahun ajaran baru,
- saat menjelang liburan sekolah atau setelah ulangan umum,dan cenderung rendah atau tidak terjadi pada bulan puasa sampai lebaran.
Ciri-ciri remaja/siswa yang rentan terhadap tawuran, adalah siswa yang:
punya ego dan harga diri tinggi,sehingga mudah berespon terhadap ejekan
bermasalah dari rumah dan lingkungan
mudah bosan, tegang/stres
hidup dengan kondisi kemiskinan
menggunakan NAPZA

4. Penatalaksanaan
a. Memasukan kembali mata pelajaran Budi Pekerrti yang selaras dengan norma-norma agama dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum/Khusus.
b. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler.
c. Memberdayakan guru bimbingan penyuluhan/bimbingan konseling dan lembaga konseling laingnya.
d. Mengusulkan kepada Pemda agar menyediakan transportasi khusus anak sekolah
e. Melakukan kajian ilmiah/penelitian terjadinya tawuran.
f. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mencegah terjadinya tawuran sebagai bagian dari pencegahan kekerasan di masyarakat.
g. Pengawasan ketat media yang menyajikan adegan kekerasan.
h. Meningkatkan keamanan terpadu antara sekolah, kepolisian dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tawuran anak sekolah.
i. Dialog interaktif antara siswa, guru dan orang tua serta pemerintah
j. Sosialisasi bahaya tawuran kepada siswa, guru orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat melalui tatap muka, media cetak dan media elektronik

5. Pencegahan
Upaya Pencegahan Masalah Tawuran dilakukan melalui :
Peran Orangtua
Menanamkan pola asuh anak sejak prenatal dan balita
Membekali anak dengan dasar moral dan agama
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua-anak
Menjalin kerja sama yang baik dengan guru
Menjadi tokoh panutan bagi anak tentang perilaku dan lingkungan sehat
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
Hindari dari NAPZA (Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
Peran Guru
Ber”sahabat” dengan siswa.
Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.
Memberikan keleluasan siswa mengekpresikan diri pada kegiatan ekstrkurikuler.
Menyediakan sarana dan prasarana bermain serta olahraga.
Meningkatkan peran dan pemberdadayaan guru BP.
Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.
Meningkatkan kerjasama dengan orang tua guru, sekolah lain.
Meningkatkan keamanan terpadu sekolah, bekerja sama dengan Polsek setempat.
Mewaspadai adanya provokator.
Mengadakan kompetisi sehat seni budaya dan olah raga antar sekolah.
Mengadakan class meeting melalui komppetisi sehat seni-budaya dan olah raga inter Dan antar sekolah pada saat selesai ujian dan menjelang terima rapor.
Menciptakan kondisa sekolah yang memungkinkan anak berkembang keperibadiannya secara sehat spiritual,mental,fisik,sosial.
Meningkatkan deteksi dini penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Menghidupkan kembali kurikulum Budi Pekerti
Menyediakan sarana/prasarana untuk menyalurkan agresifitas anak melalui olah raga dan bermain
Menegakkan hukum,sanksi dan disiplin yang tegas
Memberikan keteladanan,hentikan pertikaian
Menanggulangi NAPZA,terapkan peraturan dan hukumnya
Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan atau pusat hiburan
Peran Media
Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai tingkat usia)
Sampaikan berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidak

2. Kenakalan Remaja
1. Pengertian
Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melaupaui batas toleransi orang lain dan
lingkungannya,yang dapat melanggar hak azazi menusia sampai melanggar hukum.

2. Penyebab
Faktor genetik/biologik/konstitusional
Faktor pola asuh
Rasa rendah diri,tidak aman,takut yang dikompensasi dengan perilaku risiko tinggi,pembentukan identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba batas kemampuannya
Proses identifikasi remaja terhadap tindak kekerasan
Penanaman nilai yang salah,yaitu orang atau kelompok yang berbeda (misalnya seragam sekolah,etnik,agama) dianggap “musuh”
Pengaruh media massa (majalah,film,televisa)

3. Pengenalan
Bentuk kenakalan antara lain :
melawan orangtua,
tidak melaksanakan tugas,
mencuri, merokok, naik bus tanpa bayar,
membolos, lari dari sekolah,
memeras, sampai membongkar rumah, mencuri mobil,
memperkosa, menganiaya, membunuh, merampok atau tindakan criminal lainnya.

4. Penatalaksanaan
Menilai faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja (aspek biologik, psikologik dan sosial) dan beratnya stesor yang dihadapi remaja.
Program konseling bagi remaja, orangtua dan keluarga, penting agar mereka menyadari bahwa remaja dalam perkembangannya membutuhkan dukungan.
Komunikasi dua arah yang “terbuka” dan mengubah interaksi sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat.
Konseling bagi remaja diperlukan agar mereka mampu mengembangkan identitas diri dan menyesuaikan dengan lingkungan secara sehat.

5. Pecegahan
Lingkungan keluarga
Meningkatkan perhatian dan waktu untuk anak,dalam kaitan dengan pendidikan maupun memelihara kemesraan hubungan antara anggota keluarga.
Menciptakan lingkungan keluarga yang norma keluarganya kuat, kental dengan nilai-nilai kesopanan dan agama,serta mampu mengelola konflik keluarga.
Meningkatkan sikap orangtua yang menunjang perkembangan psikologis dan karakter anak, meningkatkan kewibawaan, keteladanan dan konsistensi orangtua dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama.
Lingkungan Pendidikan
Mengatasi permasalahan keterbatasan sarana,prasarana,dan fasilitas institusi.
Menegakkan kembali peraturan-peraturan institusi, mengembalikan penghargaan siswa terhadap profesi guru, mengatasi permasalahan banyaknya guru yang “terbang” (mengajar di tempat lain) sehingga komunikasi antara guru dengan siswa menjadi lebih leluasa.
Membimbing murid-murid dalam mengatasi gejolak jiwa remaja sehingga tidak akan melahirkan rasa solidaritas yang sempit antara teman (jiwa korsa).
Lingkungan masyarakat
Filtrasi nilai dan norma negatif yang diadopsi anak melalui berbagai kecanggihan dan kemudahan akses multimedia,
Meningkatkan kontrol sosial terhadap merebaknya budaya kekerasan dan eksploitasi seks yang begitu terbuka serta tak terbendungnya berbagai perilaku destruktif masyarakat akibat krisis multidimensional yang membelit.







BAB III
PENUTUP
      A.     Kesimpulan
Frustasi adalah suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi dan tujuan tidak dapat tercapai. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami suatu hambatan atau tekanan dalam usahanya mencapai tujuan.
      B.     Saran
agar tidak stress dengan masalah yang kita hadapi,sebaiknya kita membandingkan kadar/tingkat penderitaan dan kesulitan kita dengan yang dialami oleh orang-orang lain dan mengingat apa yang pernah anda alami dengan keadaan yang sama atau lebih buruk daripada persoalan anda yang sekarang dan bagaimana anda, dengan kesabaran dan usaha anda dapat mengatasi kesulitan anda untuk mengembalikan kepercayaan diri anda




REFERENSI

(Dikutip dari majalah BUDDHA CAKKHU No.19/XI/90. Naskah Asli: How To Live Without Fear And Worry, Alih bahasa: Winata, Editor Jayadhammo)

Muttaqin Mustari, Andi S.Sos, M.Si, 2010, Ilmu Budaya Dasar untuk STIKES Mega Buana Palopo


Comments

Popular posts from this blog

AKPER SAWERIGADING, KAMPUS KEPERAWATAN TERMURAH DI INDONESIA

Anatomi Fisiologi Lambung

RUMAH MAPAN INDONESIA SUKSES BIMBING PESERTA UJI KOMPETENSI KEBIDANAN