MAKALAH HIPERTENSI (HT)


STERING MUBES 2011
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan hipertensi terjadi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.
            Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera. Hal ini memerlukan kesigapan perawat dalam menangani perawatannya.
            Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka penyusun tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.
           2.      Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud Hipertensi (HT), apa penyebabnya dan bagaimana patofisiologinya?
b.      Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan HT?
  1. Tujuan
Untuk mendapatkan  pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Hipertensi.





BAB II
KONSEP DASAR

  1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal..

  1. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.
Kategori
Sistolik, mmHg
Diastolik, mmHg
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 (berat)
Stadium 4 (sangat berat)
<130
130-139

140-159
160-169
160-209
≥ 210
<85
85-89

90-99
100-109
110-119
≥ 120


  1. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
    1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
    2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
·         Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
·         Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
·         Stress Lingkungan.
·         Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a.       Elastisitas dinding aorta menurun
b.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.       Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d.      Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e.       Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer 
       
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a.      Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b.      Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
·         Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
·         Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
·         Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c.       Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
·         Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
·         Kegemukan atau makan berlebihan
·         Stress
·         Merokok
·         Minum alcohol
·         Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
Ø  Ginjal
·         Glomerulonefritis
·         Pielonefritis
·         Nekrosis tubular akut
·         Tumor
Ø  Vascular
·         Aterosklerosis
·         Hiperplasia
·         Trombosis
·         Aneurisma
·         Emboli kolestrol
·         Vaskulitis
Ø  Kelainan endokrin
·         DM
·         Hipertiroidisme
·         Hipotiroidisme
Ø  Saraf
·         Stroke
·         Ensepalitis
·         SGB
Ø  Obat – obatan
·         Kontrasepsi oral
·         Kortikosteroid

  1. Masalah Utama
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a.       Mengeluh sakit kepala, pusing
b.      Lemas, kelelahan
c.       Sesak nafas
d.      Gelisah
e.       Mual
f.       Muntah
g.      Epistaksis
h.      Kesadaran menurun

  1. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstroktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.   
      Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.   


  1. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.
  
  1. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.

  1. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau; latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pris, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

  1. Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu sbb.:
* Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2 gram garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam natrium seperti, ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus botolan, mi instan,. Pembatasan konsumsi garam mengakibatkan pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan asupan kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel yang akan mengurangi efek hipertensi.
* Menghindari kegemukan (obesitas). Pada penderita muda dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
* Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat menyebabkan endapan kolesterol. Kadar kolesterol normal dalam darah yaitu 200-250 mg per 100cc serum darah.
* Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi karena latihan yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
* Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.
* Tidak merokok dan tidak minum alcohol.
* Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui penurunan aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
* Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat timbul ide untuk menyelesaikan masalah.
* Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan. Jika hal ini terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai dulu. Setelah pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan itu.
* Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu melakukan segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis, orang ini akan selalu stres dan menanggung beban kerja dan pikiran berlebihan. Kita harus sadar bahwa kemampuan setiap orang terbatas untuk mampu mengerjakan segala-galanya. Dengan memberi kesempatan pada orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas kita, beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak teman, yang tentunya akan menimbulkan rasa bahagia.
* Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga mengurangi ketegangan jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Menolong orang lain dengan tulus dan memupuk sikap perdamaian juga akan memberikan kepuasan yang tersendiri pada kita. Dengan memupuk sikap-sikap seperti itu, tentu kita akan mengurangi ketegangan, beban, stres yang timbul sehingga hipertensi dapat dihindari.
Orang yang sudah pernah memeriksakan dirinya dan diketahui menderita hipertensi, dapat diberikan obat-obat golongan diuretika, alfa bloker, beta bloker, vasodilator, antagonis kalsium dan penghambat ACE. Tentu saja, penggunaan obat-obat ini atas petunjuk dokter.




BAB III
CONTOH KASUS

I.       Pengkajian

1.      Pengumpulan Data
1)      Identitas klien      
Nama                                 :
Umur                                 :
Jenis kelamin                     :
Status pernikahan              :
Agama                               :
Pendidikan  terakhir           :
Pekerjaan                           :
Suku/ Bangsa                    :
Tanggal masuk                  :
Tanggal Pengkajian           :
Ruang                                :
No. Medrek                       :
Diagnosa Medis                :
Alamat                              :  

2)      Identitas Penanggung jawab
Nama                                 :
Umur                                 :
Jenis Kelamin                    :
Pendidikan terakhir           :
Hubungan dengan klien    :
Alamat                              :  



2.      Riwayat Kesehatan
a.      Riwayat Kesehatan Sekarang
(1)   Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan keluar darah dari lubang hidung sebelah kiri dengan tiba-tiba dan berwarna merah segar encer, sebanyak lebih dari setengah gelas belimbing. Darah keluar terus-menerus sampai masuk ke rumah sakit. Sebelumnya, 15 jam sebelum masuk rumah sakit  klien juga merasakan keluhan yang sama, tapi darah yang keluar hanya sedikit dan berhenti sendiri. 
(2)   Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat dikaji klien mengatakan tubuhnya lemas dank lien terlihat bedrest.
b.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 3 bulan klien merasakan sering buang air kecil dan banyak, sering merasakan lapar, sering haus dan banyak minum. Tidak ada riwayat panas badan dan mimisan sebelumnya. Riwayat sakit tekanan darah tinggi sudah dirasakan sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit dan klien tidak berobat secara teratur. Tekanan darah tertinggi 200/- selama 2-3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Penderita pernah merasakan bengkak pada kedua tungkainya, lekas capai bila beraktivitas.
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit menular, hipertensi, diabetes melitus dan penyakit menurun lainnya.

3.      Pola aktivitas sehari-hari
No
Jenis
Sebelum sakit
Sesudah sakit
1
Nutrisi
a.       Makan
Frekuensi
Jenis
Kesulitan menelan
Pantangan/ alergi
b.      Minum
Frekuensi
Jenis
Pantangan


3 x/ sehari, habis 1 porsi
Nasi, sayur, lauk- pauk
Tidak ada
Tidak ada

6-7 gelas
air putih
tidak ada


3 x/ sehari, habis 1 porsi
Nasi, sayur, lauk-pauk
Tidak ada
 Asin, tinggi natrium

6-7 gelas
air putih
tidak ada
2
Eliminasi
a.       BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
b.      BAK
Frekuensi
Warna
Kesulitan


1 x/ hari
lembek
kuning khas feces

3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada


1 x/ hari
lembek
kuning khas feces

3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada
3
Istirahat tidur
a.       Tidur malam

b.      Tidur siang


6 jam/ hari dari pukul 09.00-03.00
2 jam/ hari

6 jam/ hari dari pukul 09.00-03.00
2 jam/ hari
4
Personal  hygiene
Mandi


Sikat gigi


Cuci rambut

2 x/ hari, mandiri


2 x/ hari


2 hari sekali

2 x/ hari, diseka oleh keluarga dan perawat

2 x/ hari dibantu oleh keluarga dan perawat

2 hari sekali dibantu oleh keluarga dan perawat
5
Aktivitas
Klien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga yang selalu di rumah.
Klien bedrest di tempat tidur, kebutuhan ADL seperti BAB dan BAK masih dapat dipenuhi dengan bantuan perawat dan keluarga.


4.      Pemeriksaan Fisik
a.   Kesadaran umum
Kesadaran             : Composmentis GCS : 15
Vital Sign              : Suhu              : 36,5 0C
                                Nadi              : 67x/mnt
                                Tensi              : 130/80 mmHg
                                Respirasi        : 20 x/mnt

b.   Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris nasal ditengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman dan kepatenan hidung baik. Leher ditengah, bentuk dada simetris, pengembangan paru-paru simetris anterior-posterior, tidak terlihat penggunaan otot-otot nafas tambahan, vibrasi kiri dan kanan anterior posterior seimbang pada kedua paru. Pada perkusi terdengar resonan pada seluruh daerah paru, suara nafas murni vesikuler dengan frekuensi nafas 20 x/ menit.


c.       Sistem kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan JVP, CRT kurang dari 3 detik, iktus kordis teraba pada ICS 6 kanan mid klavikula peranjakan 2 cm, bunyi jantung murni reguler pada S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan. Nadi radialis 67 x/ menit. Pada perkusi jantung dullness.  

d.      Sistem pencernaan
Mukosa bibir lembab, lidah dan gusi tidak ada stomatitis, pergerakan lidah baik, jumlah gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris, reflek menelan baik. Pada auskultasi bising usus 21 x/ menit, pada perkusi tympani pada lambung, dullness pada hepar, tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada seluruh area abdomen dan tidak terdapat pembesaran hati dan lien.
 
e.       Sistem persarafan
1)      Tes serebral fungsi
Klien dapat berorientasi dengan tempat, orang dan waktu, klien dapat berespon dengan baik, klien dapat berkomunikasi dengan normal, GCS (E =4, M = 6, V = 5).
2)      Saraf cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup.
Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak ± 30 cm. Tidak terdapat penyempitan lapang pandang.
Nervus III (Okulomotorius)
Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor pada kedua mata.
                        Nervus IV (trochlearis)
Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan deviasi mata.
Nervus V (Trigeminus)
Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan kapas, klien dapat merasakan usapan pada mata, dahi dan dagu.
                        Nevus VI (Abducend)
Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.
Nervus VII (Facialis)
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup, bentuk wajah simetris.
Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glosofaringeus)
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata “ah”.
Nervus XI
Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah.

f.       Sistem Perkemihan
Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak teraba pembesaran ginjal, tidak terdengar suara bruits pada arteri renalis, tidak ada nyeri tekan pada simpisis, tidak terdapat nyeri ketuk pada perkusi ginjal.



g.      Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak berbaring lemah di tempat tidur. Klien mengatakan jika ingin turun dari tempat tidur atau ke kamar mandi harus dibantu oleh keluarga. Kedua lengan dan kaki klien simetris. Tidak ditemukan oedema pada daerah ekstremitas atas dan bawah. Terdapat penurunan fungsi motorik : klien merasa lemah pada ekstremitas sebelah kiri. Tingkat kemampuan mobiliasasi klien yaitu perlu bantuan / bimbingan sederhana / pengawasan.

5
4
5
4
Kekuatan otot


h.      Sistem integumen
Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran rambut merata, keadaan kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan adanya ketombe, rambut bersih dan tertata rapi. Tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala, dan rambut tidak mudah rontok. Warna kulit sawo matang, kuku tampak bersih dan pendek, kulit tampak bersih dan tidak lengket. Turgor kulit Kembali dalam 3 detik Suhu klien 36,50C.

i.        Sistem endokrin
Tidak terdapat moonface, tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar paratiroid, riwayat poliuri tidak ada, riwayat polipagia tidak ada, riwayat polidipsi tidak ada.

5.      Data Psikologis
a.       Status emosi
Emosi klien stabil ekspresi wajah klien tenang dan terlihat cemas.
b.      Kecemasan
Klien terlihat cemas  dari klien selalu tersenyum apabila ditegur oleh perawat dan bicara dengan keluarganya.
c.       Pola koping
Menurut klien bila mendapat masalah ia sering membicarakannya dengan keluarganya.
d.      Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Klien dapat berkomunikasi dengan dokter, perawat, keluarga dan klien lainnya, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
e.       Konsep diri
1)      Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian anggota tubuhnya karena semuanya ini adalah anugrah dari Tuhan YME yang harus disyukurinya.
2)      Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
3)      Identitas diri
Klien merasa bangga dilahirkan sebagai wanita.
4)      Harga diri
Klien merasa senang karena banyak yang menyayanginya walaupun jauh dari rumah.
5)      Peran
Klien adalah sebagai seorang  bibi dari keponakannya

6.      Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga, dokter, perawat dan klien lainnya baik, terlihat dengan klien sering berkomunikasi dengan keluarga, dokter, perawat dan klien lain.

7.      Data spiritual
Klien menganut agam Islam selama dirawat klien beribadah ditempat tidur saja dan slalu berdoa untuk kesembuhannya. Klien menganggap sakitnya sebagai cobaan.
8.      Data Penunjang
Hasil laboratorium tanggal:
No
Jenis
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
1

Hematologi

Hemoglobin (L)
Leukosit (L)
Hematokrit (L)
Trombosit

10,6
6.806
34
174.000

13-18
3,8-10,6rb
40-52
150-440rb

gr/dL
mm3
%
mm3
2

Kimia Klinik

Ureum
Kreatinin (LK)
Glukosa sewaktu
Natrium
Kalium

43
0.69
166
137
3,3

15-50
0,6
<140
135-145
3,6-5,5

mg/dL mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L

9.      Therapi Medis
·         Aspar K 3 x1 tab PO
·         Furomesid 1x 40 mg PO
·         Caltopril 3 x 12,5 mg PO
·         Diit rendah garam
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistol dan diastole yang tidak biasanya.
Hipertensi tidak hanya disebabkan oleh satu factor, tetapi ada banyak factor baik itu factor yang berdiri sendiri ataupun yang saling berkaitan dengan factor lain sehingga mengakibatkan hipertensi

B.     Saran
Lakukanlah pencegahan sedini mungkin untuk menghindari hipertensi, “mencegah jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan mengobati”

















DAFTAR ISI

Brunner &Suddarth. 1996. Kepererawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi, (Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)
Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta


Comments

Popular posts from this blog

AKPER SAWERIGADING, KAMPUS KEPERAWATAN TERMURAH DI INDONESIA

Anatomi Fisiologi Lambung

RUMAH MAPAN INDONESIA SUKSES BIMBING PESERTA UJI KOMPETENSI KEBIDANAN