Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif (CHF)
Patofisiologi
CHF
terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang
memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik
(fungsi relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik
yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun
konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons terhadap intervensi
farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek
gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada.
Sistem reniniangiotensinfaldosteron
(RAA): Selain untuk meningkatkan tahanan perifer dan volume darah
sirkulasi, angiotensin dan aldosteron berimplikasi pada perubahan
struktural miokardium yang terlihat pada cedera iskemik dan
kardiomiopati hipertropik hipertensif. Perubahan ini meliputi
remodeling miokard dan kematian sarkomer, kehilangan matriks kolagen
normal, dan fibrosis interstisial. Terjadinya miosit dan sarkomer yang
tidak dapat mentransmisikan kekuatannya, dilatasi jantung, dan
pembentukan jaringan parut dengan kehilangan komplians miokard normal
turut memberikan gambaran hemodinamik dan simtomatik pada CHF.
Sistem saraf simpatis (SNS):
Epinefrin dan norepinefrin menyebabkan peningkatan tahanan perifer
dengan peningkatan kerja jantung, takikardia, peningkatan konsumsi
oksigen oleh miokardium, dan peningkatan risiko aritmia. Katekolamin
juga turut menyebabkan remodeling ventrikel melalui toksisitas langsung
terhadap miosit, induksi apoptosis miosit, dan peningkatan respons
autoimun.
Vasodilator endogen, seperti endotelin dan oksida
nitrat, peptida jantung, dan peptida natriuretik: Perannya dalam CHF
sedang diselidiki dan intervensinya sedang diuji.
-
Sitokin imun dan inflamasi: Faktor nekrosis tumor alfa (TNFa) dan
interleukin 6 (IL-6) menyebabkan remodeling ventrikel dengan apoptosis
miosit, dilatasi ventrikel, dan penurunan kontraktilitas. Lebih lanjut,
mereka juga berperan dalam efek sistemik seperti penurunan berat badan
dan kelemahan yang terlihat pada CHF brat (kakheksia jantung).
•
Kejadian etiologi awal memengaruhi respons awal miokardium, tetapi
seiring dengan perkembangan sindrom, mekanisme umum mulai muncul
sehingga pasien CHF lanjut memperlihatkan gejala dan respons yang sama terhadap intervensi farmakologis yang sama apapun penyebab awal CHF-nya.
•
Meskipun banyak pasien mengalami disfungsi ventrikel kiri sistolik dan
diastolik, kategori ini sebaiknya dianggap sebagai hal yang berbeda
untuk dapat memahami efeknya terhadap homeostasis sirkulasi dan
responsnya terhadap berbagai intervensi.
Disfungsi ventrikel kiri sistolik
1)
Penurunan curah jantung akibat penurunan kontraktilitas, peningkatan
afterload, atau peningkatan preload yang mengakibatkan penurunan fraksi
ejeksi dan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDV).
Ini meningkatkan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (I-VEDP)
dan menyebabkan kongesti vena pulmonal dan edema paru.
2)
Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yang
tidak adekuat atau tidak terkoordinasi schingga ventrikel kiri tidak
dapat melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya
(LVEDV). lni menyebabkan peningkatan bertahap LVEDV (juga dinamakan
preload) mengakibatkan peningkatan LVEDP dan kongesti vena pulmonalis.
Penyebab penurunan kontraktilitas yang tersering adalah penyakit jantung
iskemik, yang tidak hanya mengakibatkan nekrosis jaringan miokard
sesungguhnya, tetapi juga menyebabkan remodeling ventrikel iskemik.
Remodeling iskemik adalah sebuah proses yang sebagian dimediasi oleh
angiotensin II (ANG II) yang menyebabkan jaringan parut dan disfungsi
sarkomer di jantung sekitar daerah cedera iskemik. Aritmia jantung dan
kardiomiopati primer seperti yang disebabkan olch alkohol, infeksi,
hemakromatosis, hipertiroidisme, toksisitas obat dan amiloidosis juga
menyebabkan penurunan kontraktilitas. Penurunan curah jantung
mengakibatkan kekurangan perfusi pada sirkulasi sistemik dan aktivasi
sistem saraf simpatis dan sistem RAA, menyebabkan peningkatan tahanan
perifer dan peningkatan afterload.
3) Peningkatan afterload
berarti terdapat peningkatan tahanan terhadap ejeksi LV. Biasanya
disebabkan oleh peningkatan tahanan vaskular perifer yang umum terlihat
pada hipertensi. Bisa juga diakibatkan oleh stenosis katup aorta.
Ventrikel kiri berespon terhadap peningkatan beban kerja ini dengan
hipertrofi miokard, suatu respons yang meningkatkan massa otot
ventrikel kiri tetapi pada saat yang sama meningkatkan kebutuhan
perfusi koroner pada ventrikel kiri. Suatu keadaan kelaparan energi
tercipta sehingga berpadu dengan ANG II dan respons neuroendokrin lain,
menyebabkan perubahan buruk dalam miosit seperti semakin sedikitnya
mitokondria untuk produksi energi, perubahan ekspresi gen dengan
produksi protein kontraktil yang abnormal (aktin, miosin, dan
tropomiosin), fibrosis interstisial, dan penurunan daya tahan hidup
miosit. Dengan berjalannya waktu, kontraktilitas mulai menurun dengan
penurunan curah jantung dan fraksi ejeksi, peningkatan LVEDV, dan
kongesti paru.
4) Peningkatan preload berarti peningkatan LVEDV,
yang dapat disebabkan langsung oleh kelebihan volume intravaskular sama
seperti yang terlihat pada infus cairan intra vena atau gagal ginjal.
Selain itu, penurunan fraksi ejeksi yang disebabkan oleh perubahan
kontraktilitas atau afterload menyebabkan peningkatan LVEDV sehingga
meningkatkan preload. Pada saat LVEDV meningkat, ia akan meregangkan
jantung, menjadikansarkomer berada pada posisi mekanis yang tidak
menguntungkan sehingga terjadi penurunan kontraktilitas. Penurunan
kontraktilitas ini, yang menyebabkan penurunan fraksi ejeksi,
menyebabkan peningkatan LVEDV yang lebih lanjut, sehingga menciptakan
lingkaran setan perburukan gagal jantung.
5) Jadi, pasien dapat
memasuki lingkaran penurunan kontraktilitas, peningkatanafterload, dan
peningkatan preload akibat berbagai macam alasan (mis., infark miokard
[MI], hipertensi, kelebihan cairan) dan kemudian akhimya mengalami semua
keadaan hemodinamik dan neuro-hormonal CHF sebagai sebuah mekanisme
yang menuju mekanisme lainnya.
Disfungsi ventrikel kiri diastolik
1) Penyebab dari 90% kasus
2)
Didefinisikan sebagai kondisi dengan temuan klasik gagal kongestif
dengan fungsi diastolik abnormal tetapi fungsi sistolik normal;
disfungsi diastolik mumi akan dicirikan dengan tahanan terhadap
pengisian ventrikel dengan peningkatan LVEDP tanpa peningkatan LVEDV
atau penurunan curah jantung.
3) Tahanan terhadap pengisian
ventrikel kiri terjadi akibat relaksasi abnormal (lusitropik) ventrikel
kiri dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang membuat kaku
miokard ventrikel seperti penyakit jantung iskemik yang menyebabkan
jaringan parut, hipertensi yang mengakibatkan kardiomiopati hipertrofi,
kardiomiopati restriktif, penyakit katup atau penyakit perikardium.
4)
Peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian diastolik
menjadi berkurang dan memperberat gejala disfungsi diastolik. Oleh
karena itu, intoleransi terhadap olahraga sudah menjadi umum.
5)
Karena penanganan biasanya memerlukan perubahan komplians miokard yang
sesungguhnya, efektivitas obat yang kini tersedia masih sangat
terbatas. Penatalaksanaan terkini paling berhasil dengan penyekat beta
yang meningkatkan fungsi lusitropik, menurunkan denyut jantung, dan
mengatasi gejala. Inhibitor ACE dapat membantu memperbaiki hipertrofi
dan membantu perubahan struktural di tingkat jaringan pada pasien
dengan remodeling iskemik atau hipertensi.
Daftar Pustaka
Aplikasi Klinis Patofisiologi
BAKSOS TANAM 1000 POHON DI GEREJA MARANATHA II PALOPO |
Comments
Post a Comment