Trauma sistem perkemihan (Trauma Ginjal, Sistitis, Gagal Ginjal Akut)
![]() |
Rencana Logo |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau
terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas
ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan
komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu
pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan
tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai
satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu
ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan
tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke
pengobatan yang lebih spesifik.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trauma
system perkemihan?
2. Bagaimana trauma pada organ-organ
system perkemihan?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari trauma
system perkemihan
2. Mengetahui trauma pada organ-organ
system perkemihan
.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Trauma Sistem Perkemihan
Saluran
kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami
trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun
pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di
urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat
menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat
menurunkan tekanan darah (syok).
Limbah
metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang melalui saluran
kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa
berakibat fatal. Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah
kematian tergantung kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.
B.
Trauma pada organ system perkemihan
1.
Trauma ginjal
Trauma
ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi.
Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal.
Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting
lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik
pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul
yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma
ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini
biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika
terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat
menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan
dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis
trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang
efisien dengan tehnik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat
dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan
peranan yang sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang
besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari
radiologis menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi
dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian yang penting dari trauma, radiologi harus menyediakan
konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat
radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul
pada daerah abdominal.
a. Etiologi
Sebagian
besar trauma (ruptur) ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara umum, trauma
ginjal dibagi dalam tiga kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan trauma
pembuluh darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan
klinik yang tinggi dan evaluasi serta penanganan yang cepat.
b. Epidemiologi
Laju
mortalitas dan morbiditas trauma (ruptur) ginjal bervariasi tergantung dari
beratnya trauma yang terjadi, derajat trauma yang mengenai organ lainnya dan
rencana pengobatan yang digunakan. Oleh karena itu, pilihan penanganan harus
mempertimbangkan angka mortalitas dan morbiditas. Secara keseluruhan, dengan tekhnik
penanganan modern, laju pemeliharaan ginjal mencapai 85-90%.
c. Insidensi
Frekuensi
trauma ginjal agak tergantung pada jumlah populasi yang ada. Jumlah trauma
(ruptur) ginjal kira-kira 3% dari keseluruhan jenis trauma dan 10% dari pasien
tersebut masuk dalam trauma abdominal.
Trauma
(ruptur) ginjal merupakan trauma urologi yang paling sering terjadi, terjadi
8-10% dari pasien dengan disertai trauma pada abdomen. Dari penelitian
Baverstock (2001) dan Sagalowsky (1983) trauma tumpul merupakan penyebab
terbanyak dengan jumlah sebesar 80% dari trauma ginjal. Di antara pasien dengan
hematuria, tercatat trauma ginjal sebesar 25%; dimana kurang dari 1% pasien
dengan mikrohematuria yang memiliki trauma ginjal (Cass, 1986; Nicolaisen,
1985; Herschorn, 1991; McAndrew, 1994).
Normalnya
sepasang ginjal terletak terbaring pada rongga peritoneal pada daerah tengah
menuju daerah posterior dinding abdomen. Secara umum, kedua ginjal tersebut
bertugas sebagai alat yang menyaring sampah-sampah dan mengeluarkan bahan yang
tidak digunakan dari darah menuju ke traktus urinarius bagian bawah. Pada
bagian belakang, kedua ginjal berbatasan dengan otot psoas dan otot lumborum;
pada bagian atas, ginjal berhubungan dengan diafragma dan kelanjar suprarenal.
Karena ginjal terletak kira-kira antara vertebra thorakal 12 dan vertebra
lumbal ketiga, kedua ginjal tersebut dilindungi oleh sebagian costa inferior.
Trauma
(ruptur) ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Di Amerika
Serikat, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab terbanyak dari trauma
tumpul abdominal yang menyebabkan trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari
ketinggian termasuk luka tembakan, merupakan penyebab selebihnya. Pada kasus
jarang, trauma ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogenic (contohnya
angiomyolipoma) yang dapat bermanifestasi dengan perdarahan setelah trauma
minor.
Sebagian
besar trauma (ruptur) ginjal muncul dengan gejala hematuria (95%), yang dapat
menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan tetapi, trauma
vaskuler ureteropelvic (UPJ), hematuria kemungkinan tidak tampak. Oleh karena,
sebagian besar penanganan trauma, termasuk trauma ginjal, membutuhkan sedikit
prosedur invasif (Baverstock, 2001; Moudouni, 2001; Santucci, 2001), maka
pemeriksaan radiologi sangatlah penting. Dengan pemeriksaan yang akurat dari
radiologi pasien dapat ditangani dengan optimal secara konservatif dari
penanganan pembedahan.
Berdasarkan
American Association for the surgery of Trauma (AAST), trauma (ruptur) ginjal
terbagi dalam beberapa derajat :
1. Grade I
-
Hematuria
dengan pemeriksaan radiologi yang normal
-
Kontusio
-
Hematoma
subkapsular non-ekspanding
2. Grade 2
-
Hematoma
perinefrik non-ekspanding yang terbatas pada retroperitoneum.
-
Laserasi
kortikal superficial dengan kedalaman kurang dari 1 cm tanpa adanya trauma pada
sistem lain.
3. Grade 3
Laserasi ginjal yang kedalamannya
lebih dari 1 cm tidak melibatkan sistem lainnya.
4. Grade 4
-
Laserasi
ginjal yang memanjang mencapai ginjal dan sistem lainnya.
-
Trauma
yang melibatkan arteri renalis utama atau vena dengan adanya hemoragik
-
Infark
segmental tanpa disertai laserasi
-
Hematoma
pada subkapsuler yang menekan ginjal
5. Grade 5
-
Devaskularisasi
ginjal
-
Avulse
ureteropelvis
-
Laserasi
lengkap atau thrombus pada arteri atau vena utama
f. Diagnostik
Untuk
diagnostik pada penyakit ini didasarkan pada manifestasi klinis, laboratorium,
dan pemeriksaan radiologi.
g. Manifestasi Klinis
Tanda
kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat
massif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume
hematuria atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen
dan lumbal, kadang-kadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri
lokal. Jika pasien datang dengan kontur pinggang yang kecil dan datar, kita
dapat mensuspeknya dengan hematoma perinefrik. Pada kasus perdarahan atau efusi
retroperitoneal, trauma ginjal kemungkinan dihubungkan dengan ileus paralitik,
yang bisa menimbulkan bahaya karena membingungkan untuk didiagnosis dengan trauma
intraperitoneal.
Dokter
harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma vertebra yang dapat
berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting dapat juga ditemukan.
Kehilangan darah dan shock kemungkinan akan ditemukan pada perdarahan retroperitoneal.
h. Laboratorium
Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada pemeriksaan ini diperhatikan
kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga
menyediakan secara langsung informasi mengenai pasien yang mengalami laserasi,
meskipun data yang didapatkan harus dipandang secara rasional. Jika hematuria
tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik. Meskipun secara umum
terdapat derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi
telah dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak
disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari
pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih
didapatkan kesulitan.
i.
Radiologi
Cara-cara
pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: foto
polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograde, arteriografi
translumbal, angiografi renal, tomografi, sistografi, computed tomography
(CT-Scan), dan nuclear Magnetic resonance (NMR).
j.
Intravenous
Pyelography (IVP)
Tujuan
pemeriksaan IVP adalah (1) untuk mendapatkan perkiraan fungsional dan anatomi
kedua ginjal dan ureter, (2) menentukan ada tidaknya fungsi kedua ginjal, dan
(3) sangat dibutuhkan pada bagian emergensi atau ruangan operasi.
Sedangkan
kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan gambar
multiple untuk mendapatkan informasi maksimal, meskipun tekhnik satu kali foto
dapat digunakan; (2) dosis radiasi relative tinggi (0,007-0,0548 Gy); (3)
gambar yang dihasilkan tidak begitu memuaskan.
k.
Computed
Tomography (CT)
Computed
Tomography (CT) merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dapat menampakan keadaan
anatomi traktus urinarius secara detail. Pemeriksaan ini menggunakan scanning
dinamik kontras.
Keuntungan
dari pemeriksaan ini adalah (1) memeriksa keadaan anatomi dan fungsional ginjal
dan traktus urinarius, (2) membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan fungsi
ginjal dan (3) membantu diagnosis trauma yang menyertai.
Kerugian
dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan kontas untuk
mendapatkan informasi yang maksimal mengenai fungsi, hematoma, dan perdarahan;
(2) pasien harus dalam keadaan stabil untuk melakukan pemeriksaan scanner; dan
(3) memerlukan waktu yang tepat untuk melakukan scanning untuk melihat bladder
dan ureter.
Setelah
pemasukan kontras gambar tersebut memperlihatkan adanya hematoma subkapsular
dengan densitas high-cresentic karena pengumpulan cairan di sekitar ginjal
kanan.
l.
Ultrasonografi
(USG) Renal
Keuntungan
pemeriksaan ini adalah (1) non-invasif, (2) dapat dilakukan bersamaan dengan
resusitasi, dan (3) dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma.
Kerugian
dari pemeriksaan ini adalah (1) memerlukan pengalaman sonografer yang terlatih,
(2) pada pemeriksaan yang cepat sulit untuk melihat mendeskripsikan anatomi
ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah cairan bebas, (3) trauma
bladder kemungkinan akan tidak dapat digambarkan.
m. Angiography
Keuntungan
pemeriksaan ini adalah (1) memiliki kapasitas untuk menolong dalam diagnosis
dan penanganan trauma ginjal, dan (2) lebih jauh dapat memberikan gambaran
trauma dengan abnormalitas IV atau dengan trauma vaskuler.
Kerugian
dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini invasif, (2) pemeriksaan ini
memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan pemeriksaan, seperti waktu;
(4) pasien harus melakukan perjalanan menuju ke ruang pemeriksaan.
n. Magnetic Resonannce Imaging (MRI)
MRI
digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat
kontraindikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan
CT-Scan tidak tersedia. Seperti pada pemeriksaan CT, MRI menggunakan kontas
Gadolinium intravena yang dapat membantu penanganan ekstravasasi sistem
urinarius. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksan terbaik dengan sistem lapangan
pandang yang luas.
Tujuan
dari penanganan penyakit ini adalah mencegah gejala-gejala darurat dan
penanganan komplikasi. Analgesik dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit.
Hospitalisasi dan observasi tertutup dibutuhkan karena resiko perdarahan
tertutup dari trauma ginjal. Perdarahan yang cukup berat membutuhkan pembedahan
keseluruhan ginjal (nefroktomi) untuk mengontrol perdarahan. Pembedahan
dilakukan untuk mengontrol perdarahan termasuk drainase pada ruang sekitar
ginjal. Kadang-kadang angio-embolisasi dapat menghentikan perdarahan.
Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan parenkim ginjal dan
vaskularisasinya. Dimana tekhnik yang akan dilakukan tergantung pada lokasi
terjadinya trauma. Pengobatan non-bedah termasuk istirahat selama 1-2 minggu
atau selama perdarahan berkurang, adanya nyeri, dan observasi tertutup dan
penanganan gejala-gejala dari gagal ginjal. Pengobatan ini juga harus diimbangi
dengan retriksi diet dan penanganan gagal ginjal.
p. Prognosis
Hasil yang
didapatkan dari pengobatan bervariasi tergantung pada penyebab dan luasnya
trauma (ruptur). Kerusakan kemungkinan ringan dan reversible, kemungkinan
membutuhkan penanganan yang sesegera mungkin dan munkin juga menghasilkan
komplikasi.
q. Komplikasi
Komplikasi
tercepat terjadi dalam 4 minggu setelah trauma dan termasuk ekstravasasi urin
dan bentuk urinoma, yang disertai perdarahan, infeksi urinoma dan abses
perinefrik, sepsis, fistula arteriovenous, pseudoanerysma dan hipertensi.
Komplikasi
yang lama termasuk hironefrosis, hipertensi, bentuk kalkulus, dan pyelonefritis
kronik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Husman dan Moris didapatkan
bahwa komplikasi lebih banyak ditemukan pada pasien yang devaskularisasi
dibandingkan dengan pasien yang vaskularisa.
2. Cystitis
a. pengertian cystitis
Cystitis
adalah peradangan pada vesika urinaria, peradangan ini sering ditemui.
Penyebab:
1.
E. coli (banyak ditemukan pada wanita)
2. Infeksi ginjal
3. Prostat hipertrofi karena
adanya urine sisa
4. Infeksi usus (no. 1-4
penyebab sistitis akut) (no. 5-10 penyebab sistitis kronis)
5. Infeksi kronis dari traktus
bagian atas
6. Adanya sisa urine
7. Stenosis dari traktus
bagian bawah.
8. Pengobatan sistitis akut
yang tidak sempurna
9. Adanya faktor
predisposisi
10. Infeksi yang konstan
(infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifik
b. Pembagian Sistitis
1. Sistitis akut
Tanda dan gejala:
a.
Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.
b. Disuria karena epitel
yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal.
c. Rasa ingin miksi
d. Hematuri
e. Pada wanita biasanya
timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare. Pada pria timbul
prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.
2. Sistitis Kronis
Tanda dan gejala :
Sama dengan sistitis
akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.
Pemeriksaan Diagnostik: Pasien perlu dilakukan
IVP dan cystoscopy
Tindakan pengobatan
-
Banyak minum untuk melarutkan bakteri
-
Pemberian antibiotika
-
Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan
3.
Cystitis primer merupakan radang yang mengenai
kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada
kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
4.
Cystitis sekunder merukan gejala yang timbul kemudian
sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
c. Etiologi
Pada
umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis
atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella,
enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil
infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah
penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan
langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada
wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria
biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi
·
Tersering
dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
·
Infeksi
ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
·
Penyebaran
infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya
appendiksitis
·
Pada
laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Faktor predisposisi
·
Benda
asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula
usus
·
Instrumentasi
saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
·
Retensi
urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
·
Hubungan
seksual
d. Tanda dan Gejala
pada
umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
·
peningkatan
frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
·
disuria
karena epitelium yang meradang tertekan
·
rasa
nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
·
rasa
ingin buang air kecil
·
hematuria
·
demam
yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
e. Patofisiologi
Cystitis
merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh
bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan
penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
f. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus
infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan literatur
yang ada adalah ;
·
Pemeriksaan
urine lengkap
·
Pemeriksaan
USG abdomen
·
Pemeriksaan
photo BNO dan BNO IVP
g. Prognosa
Infeksi
pada kandung kemih mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh sendiri bila tidak
disertai infeksi dari ginjal, prostat, atau adanya urine sisa.
h. Pengobatan
Pengobatan
pada kandung kemih pengobatannya berdasarkan literatur yaitu dengan pemberian
obat antibiotika, analgetik, dan obat anti inflamasi sesuai dosis yang
dianjurkan.
3.
Gagal ginjal akut
a.
Pengertian
gagal ginjal akut
Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah
metabolik di dalam darah (misalnya urea).
b.
Etiologi
Gagal ginjal akut bisa merupakan
akibat dari berbagai keadaan yang menyebabkan:
-
berkurangnya aliran darah ke ginjal
-
penyumbatan aliran kemih setelah meninggalkan ginjal trauma
pada ginjal.
Penyebab Utama Gagal Ginjal Akut
Masalah
|
Penyebab Yg Mungkin
|
Berkurangnya aliran darah ke ginjal
|
Kekurangan
darah akibat perdarahan, dehidrasi atau cedera fisik yg menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah
Daya pompa
jantung menurun (kegagalan jantung)
Tekanan
darah yg sangat rendah (syok)
Kegagalan
hati (sindroma hepatorenalis)
|
Penyumbatan aliran kemih
|
Pembesaran
prostat
Tumor yg
menekan saluran kemih
|
Trauma pada ginjal
|
Reaksi
alergi (misalnya alergi terhadap zat radioopak yg digunakan pada pemeriksaan
rontgen)
Zat-zat
racun
Keadaan yg
mempengaruhi unit penyaringan ginjal (nefron)
Penyumbatan
arteri atau vena di ginjal
Kristal,
protein atau bahan lainnya dalam ginjal
|
c. Gejala
Gejala-gejala yang ditemukan pada gagal ginjal akut: - Berkurangnya
produksi air kemih (oliguria=volume air kemih berkurang atau anuria=sama
sekali tidak terbentuk air kemih)
-
Nokturia (berkemih di malam hari)
-
Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki
-
Pembengkakan yang menyeluruh (karena terjadi
penimbunan cairan
-
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
-
Perubahan mental atau suasana hati
-
Kejang
-
Tremor tangan
-
Mual, muntah
Gejala yang
timbul tergantung kepada beratnya kegagalan ginjal, progresivitas penyakit dan
penyebabnya.
Keadaan yang
menimbulkan terjadinya kerusakan ginjal biasanya menghasilkan gejala-gejala
serius yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Sebagai
contoh, demam tinggi, syok, kegagalan jantung dan kegagalan hati, bisa terjadi
sebelum kegagalan ginjal dan bisa lebih serius dibandingkan gejala gagal
ginjal.
Beberapa
keadaan yang menyebabkan gagal ginjal akut juga mempengaruhi bagian tubuh yang
lain.
Misalnya granulomatosis
Wegener, yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah di ginjal, juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di paru-paru,sehingga penderita mengalami
batuk darah. Ruam kulit merupakan gejala khas untuk beberapa penyebab gagal
ginjal akut, yaitu poliarteritis, lupus eritematosus sistemik dan
beberapa obat yang bersifat racun. Hidronefrosis bisa
menyebabkan gagal ginjal akut karena adanya penyumbatan aliran kemih. Arus
balik dari kemih di dalam ginjal menyebabkan daerah pengumpul kemih di ginjal (pelvis
renalis) teregang, sehingga timbul nyeri kram (bisa ringan atau sangat hebat)
pada sisi yang terkena.Pada sekitar 10% penderita, kemihnya mengandung darah.
d. Diagnosa
Jika
produksi air kemih berkurang, maka patut dicurigai sebagai gagal ginjal akut. Pemeriksaan
darah menunjukkan adanya kadar urea dan kreatinin yang tinggi, disertai
gangguan metabolik (misalnya asidosis, hiperkalemia, hiponatremia).
Pada
pemeriksaan fisik, dilakukan penilaian terhadap ginjal; apakah terdapat pembengkakan
atau nyeri tumpul. Penyempitan pada arteri utama ginjal bisa menimbulkan bising
(bruit) yang akan terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop. Jika
diduga terjadi penyumbatan, dilakukan pemeriksaan colok dubur atau colok vagina
untuk mengetahui adanya massa di kedua tempat tersebut. Pemeriksaan
laboratorium terhadap air kemih bisa membantu menentukan penyebab dan beratnya
gagal ginjal. Jika penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah ke ginjal atau
penyumbatan saluran kemih, maka air kemih akan tampak normal. Jika penyebabnya
adalah kelainan di dalam ginjal, maka air kemih akan mengandung darah atau
kumpulan sel darah merah dan sel darah putih. Air kemih juga mengandung
sejumlah besar protein atau berbagai jenis protein yang dalam keadaan normal
tidak ditemukan dalam air kemih.
Angiografi
(pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika diduga penyebabnya
adalah penyumbatan pembuluh darah. Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu
adalah CT scan dan MRI. Jika pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan
penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan
jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis).
e. Pengobatan
Tujuan dari
pengobatan adalah menemukan dan mengobati penyebab dari gagal ginjal akut.
Selain itu pengobatan dipusatkan untuk mencegah penimbunan cairan dan limbah
metabolik yang berlebihan.
Asupan
cairan dibatasi dan disesuaikan dengan volume air kemih yang dikeluarkan. Asupan
garam dan zat-zat yang dalam keadaan normal dibuang oleh ginjal, juga dibatasi.
Penderita dianjurkan untuk menjalani diet kaya karbohidrat serta rendah
protein, natrium dan kalium. Antibiotik bisa diberikan untuk mencegah atau mengobati
infeksi.
Untuk
meningkatkan jumlah cairan yang dibuang melalui ginjal, bisa diberikan diuretik
seperti furosemid.
Dopamine diberikan untuk meningkatkan perfusi dan mengurangi
reabsorbsi sodium.Kadang diberikan natrium polistiren sulfonat untuk mengatasi
hiperkalemia. Untuk membuang kelebihan cairan dan limbah metabolik bisa
dilakukan dialisa. Dengan dialisa penderita akan merasa lebih baik dan
lebih mudah untuk mengendalikan gagal ginjal. Dialisa tidak harus dijalani oleh
setiap penderita, tetapi sering dapat memperpanjang harapan hidup penderita,
terutama jika kadar kalium serumnya sangat tinggi.
Indikasi dilakukannya
dialisa adalah:
-
Keadaan mental menuru
-
Perikardit
-
Hiperkalemia
-
Anuria
-
Cairan yang berlebihan
-
- Kadar kreatinin > 10 mg/dL dan BUN > 120
mg/dL.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saluran kemih dapat mengalami trauma karena luka
tembus (tusuk), trauma tumpul.Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,
pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat tekanan darah (syok). karena
itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa berakibat fatal.
Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah kematian tergantung
kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.
B.
Saran
Penulis sangat mengharapkan dalam penulisan
makalah ini dapat memberikan inspirasi baru kepada penulis dan pembaca agar
tetap menjaga kesehatan karena kesehatan merupakn aset utama dalam kehidupan
sehingga bisa terhindar dari penyakit yang mengenai trauma pada sistem perkemihan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://minakomoon-minakoflow.blogspot.com/2010/04/trauma-ginjal.html
http://indonesiaindonesia.com/f/103939/trauma-saluran-kemih/
http://fikar-ulfianperawat.blogspot.com
http://www.conectique.com
Comments
Post a Comment