ASKEP TRAUMA THORAX / DADA
A.
PENGERTIAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya
atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker,
2001).Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi
faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma dada adalah
trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks
(FKUI, 1995).Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan
dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak,
1999).Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi
kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan
atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan
atau bahkan kerusakan (www.iwansain.wordpress.com).
B.
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk
dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
2) Hematotoraks :
disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
3)
Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi
CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).
C. PATOFISIOLOGI
Tusukan/tembakan
; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, ,spontan -> Trauma dada
->1. Tamponade jantung -> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri
akut -> Pengaliran darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong
dapat menyebabkan kematian.2. Hematotoraks -> Perdarahan/syok ->
Ketidakefektifan pola napas3. Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam
rongga pleural ->Udara tidak dapat keluar -> Tekanan pleura
meningkat.1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan pola napas.
D.
MANIFESTASI KLINIS
1) Tamponade jantung : Trauma tajam didaerah
perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung. Gelisah. Pucat,
keringat dingin. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis). Pekak jantung
melebar. Bunyi jantung melemah. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse
pressure. ECG terdapat low voltage seluruh lead. Perikardiosentesis
keluar darah (FKUI, 1995).
2) Hematotoraks : Pada WSD darah yang keluar
cukup banyak dari WSD. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3) Pneumothoraks
: Nyeri dada mendadak dan sesak napas. Gagal pernapasan dengan
sianosis. Kolaps sirkulasi. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan
pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar
sama sekali. pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).Jarang
terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat
seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati
diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal (Mowschenson, 1990).
E.
KOMPLIKASI
1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga
dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot
papilar ; ruptur klep jantung.
4) Pembuluh darah besar :
hematothoraks.
5) Esofagus : mediastinitis.
6) Diafragma : herniasi visera
dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri (GDA),
mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan
serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang
menurun.
6) Pa O2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8)
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
G.
PENATALAKSANAAN
1) Darurat Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa
termasuk pengantar yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :•
Waktu kejadian• Tempat kejadian• Jenis senjata• Arah masuk keluar
perlukaan• Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau
perlu seluruhnya.• Inspeksi :- Kalau mungkin penderita duduk, kalau
tidak mungkin tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.- Gerakkan dan
posisi pada akhir inspirasi.- Akhir dari ekspirasi.• Palpasi :- Diraba
ada/tidak krepitasi- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.-
Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan.• Perkusi :- Adanya sonor,
timpanis, atau hipersonor.- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak
dan sonor seperti garis lurus atau garis miring.• Auskultasi :- Bising
napas kanan dan kiri dan dibandingkan.- Bising napas melemah atau
tidak.- Bising napas yang hilang atau tidak.- Batas antara bising napas
melemah atau menghilang dengan yang normal.- Bising napas abnormal dan
sebutkan bila ada. Pemeriksaan tekanan darah. Kalau perlu segera pasang
infus, kalau perlu s yang besar. Pemeriksan kesadaran. Pemeriksaan
Sirkulasi perifer. Kalau keadaan gawat pungsi. Kalau perlu intubasi
napas bantuan. Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.
Kalau perlu torakotomi massage jantung internal. Kalau keadaan stabil
dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax AP, kalau keadaan
memungkinkan).
2) Therapy Chest tube / drainase udara (pneumothorax). WSD (hematotoraks). Pungsi. Torakotomi. Pemberian oksigen.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian
pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi : Aktivitas /
istirahatGejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
SirkulasiTanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi
apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
Integritas egoTanda : ketakutan atau gelisah. Makanan dan cairanTanda :
adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama
batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.Tanda :
berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah
dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit
interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya,
PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau
tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada
tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ;
mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi
mekanik tekanan positif. KeamananGeajala : adanya trauma dada ;
radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan. Penyuluhan/pembelajaranGejala :
riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan
napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk
sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri
akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
terpasang bullow drainage.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat
eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder terhadap trauma.
C. INTERVENSI DAN
IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)Implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi
keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma thorax (Wilkinson,
2006) meliputi :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan
ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan :
Pola pernapasan
efektive.Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang
efektive. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
Berikan posisi yang
nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi
yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi
yang tidak sakit.
Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi
pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress
pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat
stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock
sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus
adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien
mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek
setiap 1 – 2 jam :
Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan
yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
Observasi gelembung
udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan
lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya
menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak
adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau
slang buntu.
Posisikan sistem drainage slang untuk
fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah
saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela
perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada
selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.
Catat
karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi
perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya
intervensi.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi. Pemberian antibiotika. Pemberian analgetika.
Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi
klien atas pengembangan parunya.
2) Inefektif bersihan
jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan :
Jalan napas
lancar/normal
Kriteria hasil :
• Menunjukkan batuk yang efektif.• Tidak
ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.• Klien nyaman.
Intervensi :
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan
akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk
yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan
frustasi.
Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/
Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
Lakukan pernapasan diafragma.
R/
Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi
alveolar.
Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan
napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk
pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien
batuk.R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit
untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah
pada atelektasis.
Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah
batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi. Pemberian expectoran. Pemberian
antibiotika. Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk
memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien
atas pengembangan parunya.
3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut
berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
Tujuan :
Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
• Nyeri
berkurang/ dapat diadaptasi.• Dapat mengindentifikasi aktivitas yang
meningkatkan/ menurunkan nyeri.• Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan
otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan
relaksasi masase.
R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga
kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi
nyerinya.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
Berikan kesempatan
waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal
waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
R/ Istirahat akan
merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik.
Kolaborasi denmgan dokter, pemberian
analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit
setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.R/
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk
mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
4)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
Tujuan :
Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang
sesuai.
Kriteria Hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.•
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.• Tanda-tanda vital dalam
batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
Kaji kulit dan
identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana
perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
Kaji
lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/
mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
Berikan perawatan
luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
Jika pemulihan tidak
terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
R/ agar benda
asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit
normal lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/
balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi.
R/ antibiotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
5)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Tujuan :
pasien akan
menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
• penampilan yang
seimbang..• melakukan pergerakkan dan perpindahan.• mempertahankan
mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 =
mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari
orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan
bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak
berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
Kaji kebutuhan akan
pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R/ mengidentifikasi
masalah, memudahkan intervensi.
Tentukan tingkat motivasi pasien dalam
melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan
aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
Ajarkan dan
pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan
kemampuan aktivitas optimal.
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM
aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot.
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai
suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
6) Risiko
terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma.
Tujuan :
infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria
hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.• luka bersih tidak
lembab dan tidak kotor.• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau
dapat ditoleransi.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital.
R/
mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh
meningkat.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R/
mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
Lakukan perawatan
terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
R/
untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Jika ditemukan tanda
infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
R/
penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi
akibat terjadinya proses infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.
R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
D.
EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
trauma thorax/dada adalah :
1) Pola pernapasan efektive.
2) Jalan napas
lancar/normal
3) Nyeri berkurang/hilang.
4) Mencapai penyembuhan luka pada
waktu yang sesuai.
5) pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas
optimal
6) infeksi tidak terjadi / terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono,
1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.Brooker,
Christine. 2001.
Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Doenges, Marilyn
E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3. EGC : Jakarta.Dorland,
W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.FKUI. 1995.
Kumpulan
Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : JakartaHudak, C.M. 1999.
Keperawatan Kritis. Jakarta :
EGC.Mowschenson, Peter M. 1990. Segi
Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2. Binarupa Aksara :
Jakarta.Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC.
Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.Wilkinson, Judith M. 2006.
Buku
Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.www.iwansain.wordpress.com
![]() |
WANITA-q pembuat luka di THORAX ini, |
Comments
Post a Comment